Jakarta (ANTARA News) - Sekilas, melihat penampilan Jessie Chaton, Antoine Goussard, Mika Luna dan Rae Mone, terbayang mereka akan memainkan musik yang menggelegar.
Rambut kribo atau lengan yang dihiasi rajah, ditambah dengan cek suara yang cukup lama, membuat penonton bertanya-tanya produksi seperti apa yang akan disuguhkan oleh empat laki-laki dari Paris, Prancis ini.
Saat mengecek peralatan pun, para personilnya sempat bercakap-cakap dalam bahasa Prancis, membuat penonton menerka-nerka apakah yang mereka obrolkan berkaitan dengan suara gitar saat main nanti.
Rasa penasaran terjawab sekitar 15 menit kemudian ketika tabuhan drum Goussard ditingkahi suara melengking Chaton.
Suara Chaton tajam melengking campuran vokalis rock era 80an dengan trio Bee Gees.
"70an-80an seperti zaman emas buat kami," kata Chaton kepada Antara News.
Diiringi musik yang gembira, vokal Chaton terdengar seperti suara tokoh dalam film kartun sekaligus mengingatkan pada grup asal Denmark, Oh No Ono.
Menyimak suguhan Fancy di Taman Suropati, Jumat (15/5) malam seperti satu album penuh dengan berbagai genre musik.
Di awal pertunjukan, mereka memainkan rock n' roll dengan tambahan suara musik elektronik.
Di beberapa lagu, Mika Luna, yang baru bergabung beberapa waktu belakangan, memberikan sentuhan blues melalui permainan gitarnya.
Chaton mengatakan mereka ingin membuat musik yang "fancy", indah, melalui rock, funk, bahkan metal.
"Kami suka yang seperti itu, era 70-80an," kata Chaton yang berambut kribo itu.
Benang merah dari belasan nomor yang mereka suguhkan saat pertunjukan malam itu adalah sentuhan disko yang membuat semua lagu mereka mengerucut pada satu kata, seperti judul lagu mereka "D.A.N.C.E", menari.
Penonton yang kebanyakan belum mengetahui lagu-lagu mereka pun tidak ragu berjoget-joget bersama penampilan enerjik Chaton.
Penampilan Chaton di panggung mengingatkan penonton pada pentolan grup Queen, Freddie Mercury, walaupun sebenarnya ia terinspirasi oleh Mick Jagger dan James Brown.
"Kami punya album di Prancis, untungnya kalian tidak tahu," canda sang vokalis.
Sepuluh tahun berdiri, Fancy telah mengeluarkan album "Kings of The World" (2007) dan "Fancy Machine" (2015).
Malam itu, Fancy membawakan lagu antara lain "Fancy Nation", "All Night Long", "The Only One", "What's Your Name" dan "Hollywood Now", yang mereka ganti menjadi "Jakarta Now" saat di panggung.
Bahasa Indonesia
Lazimnya pemain musik asing yang manggung di Indonesia, Fancy mencoba menyapa penontonnya dalam bahasa Indonesia, dengan ragam bahasa pergaulan anak muda Jakarta.
"Apa kabar Jakarta? Baik? Oh gitu.. Sip!" teriak sang vokalis.
Atau ketika respon penonton yang baik saat mereka bermain, Chaton pun mengatakan "makasih beaucoup" yang langsung disambut tawa oleh penonton yang memahaminya.
"Beaucoup" dalam bahasa Prancis berarti "banyak".
Impresi mereka terhadap Indonesia, yang baru kali ini mereka datangi, juga mereka tunjukkan dengan mengatakan mereka menyukai nasi goreng.
"Dan nasi gila," timpal salah satu personil Fancy.
Sebelum Fancy tampil, penonton terlebih dulu berkenalan dengan band asal Prancis lainnya, Manceau yang mengusung "alternative rock".
Lagu-lagu mereka sedikit mengingkatkan kepada grup asal Versailles, Phoenix, tanpa kibor.
Penampilan Fancy di Jakarta menandai dibukanya festival kebudayaan Prancis Printemps Francais 2015.
Selain di Jakarta, grup tersebut juga akan bermain di Malang, Yogyakarta, Pontianak, dan Bandung.
Printemps Francais merupakan festival kebudayaan tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Institut Francais d'Indonesie (IFI) dan tahun ini diselenggarakan pada 15 Mei hingga 16 Juni.
Direktur IFI Bertrand de Hartingh pada jumpa pers Senin (11/5) mengatakan festival kali ini memberi kesempatan seniman Indonesia untuk menunjukan karya mereka dalam.
"Kami membuka pintu untuk seni Indonesia dan Prancis," kata de Hartingh.
Kolaborasi antara seniman Indonesia dengan seniman Prancis antara lain adalah pertunjukan Guignol, boneka tangan Prancis, dengan Punakawan di acara festival di Yogyakarta, Surabaya dan Solo dan pertunjukan grup asa Bandung Sarasvati dengan Gran Kino.
Gelaran yang memasuki tahun ke-11 ini hadir di sepuluh kota besar di Indonesia: Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Salatiga, Surabaya, Malang, Bali, Medan dan Pontianak.
Oleh Natisha Andarningtyas
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015