Jakarta (ANTARA News) - PP Muhammadiyah tetap menyatakan bahwa Hari Raya Idul Adha 1427 Hijriah, jatuh pada Minggu (31/12), meski pemerintah Arab Saudi melalui Majlis al-Qada al-A`la (Majelis Peradilan Tertinggi) menyatakan Idul Adha jatuh pada Sabtu. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, di Jakarta, Kamis, mengatakan, penetapan itu berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. "Ijtimak menjelang Zulhijah 1427 Hijriah terjadi pada Rabu Legi 20 Desember 2006 pada 21:01:26 WIB," katanya. Pertimbangan lainnya, kata dia, tinggi hilal pada saat terbenam matahari di Yogyakarta -01 derajat 17`49" (hilal belum wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam, hilalnya masih di bawah ufuk. Ia mengatakan 1 Zulhijah 1427 Hijriah sendiri jatuh pada Jumat Pon 22 Desember 2006, dan Hari Arafah pada 9 Zulhijah 1427 Hijriah yang jatuh pada Sabtu 30 Desember 2006. "Penetapan 10 Julhijah yang jatuh pada Minggu (31/12) tersebut, terkait dengan waktu setempat hilal di Indonesia," katanya seraya menegaskan penetapan Idul Adha juga tidak terkait dengan pelaksanaan wukuf di Arab Saudi melainkan berdasarkan waktu di Tanah Air. Sehubungan dengan hal tersebut, kata dia, segenap warga Muhammadiyah hendaknya berpegang teguh dan menaati hasil hisab Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Selanjutnya segenap warga Muhammadiyah agar menyelenggarakan shalat Idul Adha di tempat-tempat yang telah biasa digunakan atau tempat-tempat lain yang dipandang representatif dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada instansi pemerintah yang berwenang. Di bagian lain, Din Syamsuddin mengharapkan agar perbedaan pendapat jatuhnya Idul Adha tersebut, tidak dijadikan pertentangan atau konflik. "Perbedaan itu harus disikapi dengan lapang dada dan toleransi, dan paling penting adalah umat Islam di Tanah Air tetap syiarkan Idul Adha," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006