Lombok, NTB (ANTARA News) - Wakil Presiden M Jusuf Kalla di Lombok Barat, NTT, Kamis siang, mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk mencintai hutan dan lingkungan dengan cara menjaga yang ada dan menanami yang tandus. "Ada satu pedoman sederhana untuk jaga lingkungan yakni jaga yang ada, jaga hutan-hutan yang ada dan tanami yangtandus," kata Wapres M Jusuf Kalla saat pencanangan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) di Desun Empol, Sekotong, Lombok Barat, NTB, Kamis siang. Menurut Wapres, jika kita cintai lingkungan dan hutan maka hujan akan mencintai kita semua. Namun juga sebaliknya, jika lingkungan disakiti, maka lingkungan akan lebih hebat menciderai dengan banjir, longsor dan sebagainya. "Karena itu jadikan hutan seperti pacar kita, keluarga kita atau isteri kita. Kayak orang pacaran saja. Kalau kita mau dicintai, maka cintailah dia dengan tulus," kata Wapres. Wapres, berulang kali mengajak ribuan masyarakat yang hadir di lapangan desa Empol tersebut untuk segera melakukan aksi menanam bukan menebang. Saat ini, tambah Wapres, untuk proyek Gerhan tersebut telah dianggarkan Rp4 trilyun, dengan perincian Rp2 trilyun untuk penyediaan bibit dan Rp2 trilyun lainnya untuk ongkos penanaman. Anggaran sebesar Rp4 trilyun tersebut, kata Wapres, jika dinilai dari jumlah rupiahnya memang besar namun jika dibandingkan luas wilayah hutan di Indonesia hal itu masih kecil sehingga harus terus dinaikkan. Dengan demikian akan didapatkan sekitar dua milyar bibit tanaman yang akan disebarkan ke masyarakat. Untuk penyediaan bibitnya, pemerintah melakukan tender kepada para kontraktor bibit tanaman. Sedangkan penanamannya diserahkan kepada masyarakat dengan pengawasan dari mahasiswa, camat maupun aparat kepolisian. "Kalau dulu diserahkan semua ke kontraktor. Dilaporkan telah ditanam satu juta hektar, tapi yang ditanami 500 hektar kita tak bisa hitung berapa sebetulnya yang ditanam di hutan-hutan," kata Wapres yang disambut tepuk tangan meriah. Karena itu, tambah Wapres, saat ini pemerintah mengabungkan keduanya dimana bibit diserahkan pada kontraktor tetapi penanamannya diserahkan ke masyarakat. Dengan demikian, tambah Wapres ada ada dua kontrol. Pertama kontrol dari jumlah bibit yang disebarkan ke masyarakat dan kontrol pada masyarakat yang menanam. Mengenai jenis bibit tanaman yang akan disebarkan, diserahkan kepada masyarakat untuk memilihnya sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan di masing-masing daerah. Itu semua, tambah Wapres untuk masyarakat semua karena jika hutan terjaga maka sumber mata air juga akan terjaga. Saat ini banyaknya musibah banjir dan longsor di beberapa daerah, menurut wapres disebabkan karena rusaknya hutan. Wapres juga mengungkapkan saat ini tercatat 2,5 hektar hutan ditebang setiap tahunnya baik melalui pembalakan liar maupun legal. Dan jika Gerhan bisa berjalan dengan baik, hanya mampu menanam sebanyak satu juta hektar. Dengan demikian masih mengalami defisit hutan hingga 1,5 ha. "Karena itu hanya ada dua cara untuk menanggulanginya yakni kurangi yang ditebang hingga menjadi satu juta hektar saja dan naikan yang ditanam menjadi 1,5 ha," kata Wapres. Dengan demikian akan terjadi surplus 1,5 ha namun hal itu harus dengan kerja keras seluruh masyarakat untuk bersedia menanam dan merawatnya. "Kita harus bertekad lebih banyak menanam daripada menebang," kata Wapres. Untuk Gerhan tahap awal ini, tambah Wapres, akan diprioritaskan untuk rehabilitasi pada 140 Daerah Aliran Sungai (DAS). Rehabilitasi DAS tersebut penting karena areal tersebut merupakan penyangga sumber air. Jika daerah ini terjaga lingkungannya maka akan terjaga sumber air dan kualitas air yang ada. Acara puncak pencanangan Gerhan ini juga dimeriahkan dengan artis nasional Ebiet GAD yang menyanyikan tiga buah lagu bertemakan lingkungan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006