"Kami yakin populasi kelinci hutan itu karena habitatnya rusak sehingga kesulitan untuk mencari makanan," kata Kepala Bidang Kehutanan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Imam R, saat dihubungi di Lebak, Selasa.
Ia mengatakan, saat ini populasi kelinci hutan di Kabupaten Lebak terancam kelaparan karena kawasan hutan lindung maupun perbukitan kondisinya rusak.
Kerusakan habitatnya tersebut akibat eksploitasi pertambangan pasir juga penebangan liar.
Karena itu, satwa liar tersebut kesulitan untuk mendapat makanan, seperti buah gandaria, kecapi, dan dedaunan lainya.
Kemungkinan kelinci hutan akan menjadikan perlawanan bagi petani karena merusak berbagai tanaman, di antaranya tanaman jagung, kacang tanah,pisang dan ketimun.
Kawanan kelinci hutan beraksi pada dinihari hingga subuh dan sulit untuk ditangkap. Mereka mamakan tanaman kacang tanah petani yang sepekan lagi akan dipanen.
"Kami berharap warga memberikan perlindungan agar kawasan habitatnya itu tidak dirusak oleh penebangan pohon maupun pertambangan," katanya.
Menurut dia, hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Lebak terdapat habitat populasi kelinci hutan karena lokasinya perbukitan dan pegunungan serta kawasan hutan lindung.
Aktivitas mereka pada malam hari untuk mencari aneka makanan.
Saat ini, katanya, kelinci hutan tidak masuk binatang langka yang amsuk Apendik I sehingga boleh diburu.
"Kami minta warga melaksanakan penjagaan ladangpadamalam hari untuk mencegah serangan kelinci," katanya.
Begitu juga Rohman, seorang warga Pasir Rokok, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, mengaku tanaman kacang tanahnya seluas satu hektare yang siap panen rusak dimakan kelinci hutan.
Tanaman lainya juga dirusak kelinci di seperti singkong, jagung, talas, kedelai, ketimun, dan ubi jalar.
Guna meminimalkan kerugian, petani bersama-sama menggelar ronda malam menjaga tanaman mereka.
Kelinci hutan yang berkelompok dengan jumlah 30-40 ekor itu menyerbu ladang warga sekira pukul 03.00 WIB sampai 05.00 WIB. Mereka berpindah-pindah.
Pewarta: Mansyur
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015