Johannesburg (ANTARA News) - Afrika bagian selatan menghadapi kemungkinan kekurangan pangan selama beberapa bulan ke depan karena kekeringan parah melanda "sabuk jagung" Afrika Selatan, di mana curah hujan rendah menyebabkan tingkat gagal panen mencapai 50 persen lebih menurut Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP), Senin.
Di Afrika Selatan, WFP menyatakan, produksi jagung diperkirakan jatuh sampai sepertiga dibandingkan dengan tahun lalu, menempatkannya di jalur panen 9.665 juta ton, yang terburuk dalam delapan tahun.
Selain Afrika Selatan, yang memproduksi lebih dari 40 persen jagung di kawasan, kekeringan tampaknya juga akan memukul hasil panen di bagian selatan Angola, Namibia, Botswana, Zimbabwe, Lesotho, Malawi dan Madagaskar menurut laporan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu.
Selain itu Malawi yang miskin dan terkurung daratan juga dilanda hujan lebat dan banjir yang merusak tanaman pangan dan jalan-jalan awal Januari lalu.
WFP menyatakan kerusuhan anti-orang asing di Afrika Selatan yang menyebabkan setidaknya tujuh orang tewas bulan lalu juga bisa menurunkan aliran pemasukan negara Africa dengan ekonomi paling maju itu dan menambah masalah bagi negara-negara terdekatnya.
Menurut penilaian Kelompok Kerja Keamanan Pangan dan Nutrisi WFP pada April, hujan yang turun akhir Maret dan awal April sedikit melegakan bagi peternak tapo datang terlalu terlambat untuk makanan pokok dan hasil bumi.
"Yang jadi perhatian besar adalah Zimbabwe, yang menghadapi bayangan besar kekurangan pangan karena gagal panen luas mendekat," kata laporan itu seperti dilansir kantor berita Reuters.
Negara-negara di kawasan itu kemungkinan harus melengkapi produksi pangan domestik mereka dengan meningkatkan impor, yang akan menaikkan biaya pangan mereka menurut WFP.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015