Makassar (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menghadiri pencanangan program Jangkau, Sinergi, dan Guideline (Jaring) di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan melepas beberapa ekor rajungan ke pinggir pantai Boddia.
"Saya punya pengalaman sejak kecil di Sulsel dan biasa bersepeda sampai ke pantai. Di Takalar ini hampir 50 persen penduduknya hidup dari hasil pertanian dan lautnya dan kita ingin mengembangkan sumber daya alamnya itu," ujarnya sebelum pelepasan rajungan di Pantai Boddia, Takalar, Sulsel, Senin.
Wakil Presiden Jusuf Kalla yang ditemani istrinya Mufidah Jusuf itu mengatakan, nelayan-nelayan Sulsel sudah dikenal di mana-mana, namun usaha mata pencahariannya itu tidak dapat meningkatkan perekonomian keluarganya.
Makanya, dia sangat mendukung program-program yang dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan demi terealisasinya program kemaritiman di Indonesia sebagai suatu rangkaian nawacita.
"Sampai sekarang ini nelayan kita belum bisa meningkatkan ekonomi keluarganya. Mereka semua masih sebatas menangkap dan beberapa hari kemudian sudah busuk ikannya kalau tidak laku. Inilah yang harus dikembangkan, makanya harus ada pabriknya," katanya.
Bupati Takalar Burhanuddin Baharuddin yang mendampingi Wapres Jusuf Kalla mengatakan jika budidaya rajungan hanyalah salah satu sentra unggulan daerahnya itu.
Dia mengaku jika angka dua juta rajungan yang di lepas di Pantai Boddia ini bukanlah angka yang besar untuk ukuran nelayan Takalar. Namun, dia berharap budidaya rajungan ini terus berkembang karena tiap tahunnya dia menargetkan angka dua juta untuk disebar di laut.
"Untuk tahun ini ada dua juta dan hari ini saja sekitar 30 ribu bibit yang kita lepas ke laut. Tahun sebelumnya juga sudah lepas dua juta dan semoga terus meningkat," harapnya.
Sementara itu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, dirinya yang berkeliling Indonesia khususnya di Pulau Sulawesi sampai di Kepulauan Morotai, Maluku banyak bersentuhan dengan para nelayan.
Kebanyakan nelayan setempat disetiap daerah selalu membahas nelayan Sulsel mulai dari yang positif sampai ke hal yang negatif seperti cara-caranya dalam menangkap hasil laut dengan menggunakan bom ikan serta lainnya.
"Nelayan Sulsel itu terkenal dimana-mana. Saya di Manado sampai Morotai, cuma mengenal nelayan Sulsel. Terlepas dari yang negatif, tapi banyak juga positifnya. Mereka itu gigih dan hanya bermodalkan kapal nelayan yang kecil tapi menyeberang dan mengarungi lautan sampai di mana-mana," ujarnya.
Untuk mendukung rencananya itu dalam mengembangkan sektor perikanan dan kelautan di Indonesia, dirinya sudah mengajukan anggaran yang cukup besar kepada pemerintah.
Menteri Susi mengajukan anggaran sebesar Rp30 triliun dan dia bersikukuh tidak ingin anggarannya itu dikurangi, apalagi pada sektor itu dari tahun ke tahun terus menunjukkan perkembangannya yang positif.
Pewarta: Muh Hasanuddin
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015