Jakarta (ANTARA News) - Organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengingatkan bencana alam di tanah air, akan terus berlangsung pada 2007 akibat tidak adanya perubahan mendasar dalam paradigma kebijakan dan kelembagaan pengelolaan alam. "Bahkan pada 2007 juga, jumlah kejadian bencana alam di tanah air akan meningkat dibandingkan 2006. Bencana alam itu berupa banjir dan longsor seiring tingginya curah hujan," kata Direktur Eksekutif Walhi, Chalid Muhammad, kepada ANTARA, di Jakarta, Rabu (27/12). Pasalnya, kata dia, laju kerusakan alam yang terjadi di tanah air selama ini terhitung tinggi, baik dilakukan melalui penebangan pohon secara legal maupun ilegal. Selain itu, adanya konversi lahan hutan untuk perkebunan sawit dan monokultur dengan skala besar, membuat laju kerusakan alam tersebut terjadi tidak hanya di kawasan pegunungan saja, namun juga di kawasan pesisir. " Kawasan pesisir banyak dikonversi dengan pemukiman atau tambak," katanya. Ia menilai reaksi negara sendiri dalam menghadapi rentetan bencana alam di tanah air tersebut, hanya terbatas tanggap darurat semata yang tidak memberikan sumbangan dalam menyelesaikan akar masalahnya. Oleh karena itu, Walhi meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin perubahan mendasar terhadap kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam (SDA), segera melakukan restorasi (pemulihan) di kawasan genting, seperti, di Pulau Jawa dan Sumatera. "Berikutnya moratorium (jeda tebang) untuk hutan alam yang tersisa, serta ubah rencana tata ruang karena rencana tata ruang yang tidak tidak dilandaskan oleh kondisi obyektif di tanah air, seperti, 83 persen wilayah kita rawan bencana," katanya. Disamping itu, ia menyebutkan dalam hitungan lima tahun terakhir, jumlah kejadian bencana alam di tanah air meningkat mencapai tiga kali lipat. Bahkan jumlah kejadian bencana ekologis terhitung sepanjang 2006 sebanyak 135 kali. Sebanyak 135 kali kejadian bencana ekologis itu, kata dia, telah menelan korban meninggal sekitar 6000 orang, kehilangan tempat tinggal 25 ribu orang, dan lebih setengah juta orang menjadi pengungsi. "Jumlah kejadian pada 2006 tersebut dengan 135 kali bencana ekologis, akan meningkat pada 2007 mendatang," katanya.(*)
Copyright © ANTARA 2006