Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah kalangan menilai, selama 2006 belum terlihat keseriusan pemerintah menangani sektor pertanian di tanah air meskipun program Revitalisasi Pertanian telah berjalan lebih dari satu tahun. Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir di Jakarta, Rabu, menyatakan, selama satu tahun ini persoalan-persoalan mendasar yang selalu dihadapi petani maupun sektor pertanian belum mampu ditangani pemerintah. "Kinerja pemerintah di sektor pertanian belum maksimal karena kebijakan yang diambil pemerintah belum membantu menyelesaikan masalah petani," katanya ketika dihubungi ANTARA. Dia mencontohkan, persoalan-persoalan yang selalu dihadapi petani dan belum mampu ditangani oleh pemerintah yakni, terjadinya kelangkaan pupuk serta melonjak harganya setiap menjelang musim tanam, sulitnya petani mengakses modal usaha dan perbankan, maupun rendahnya daya saing produk pertanian dalam negeri di pasar internasional. Menurut Winarno, pemerintah seharusnya lebih serius untuk menangani persoalan-persoalan yang dihadapi petani dan hampir selalu muncul setiap tahun. Sementara itu Pengamat pertanian dari IPB, Didin S Damanhuri menilai, sektor pertanian masih menjadi sektor yang termarjinalkan dalam pembangunan nasional baik produksi maupun pelaku usahanya. "Sektor pertanian masih menjadi `subordinasi` dari visi makro kebijakan pembangunan nasional," katanya. Bahkan, tambahnya, dalam menetapkan kebijakan untuk sektor pertanian pemerintah masih terjebak dengan ketentuan-ketentuan yang diciptakan negara-negara maju melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dengan alasan globalisasi. Dikatakannya, pemerintah sangat antusias menerapkan globalisasi dalam sektor pertanian namun di sisi lain justru melupakan kepentingan nasional yakni dengan meningkatkan kesejahteraan petani dalam negeri. Didin menyatakan keyakinannya sektor pertanian di tanah air masih memiliki peluang yang bagus untuk meningkatkan perekonomian nasional dengan ketentuan pemerintah menciptakan visi makro pembangunan yang menempatkan sektor pertanian sebagai unggulan. "Program Revitalisasi Pertanian jangan hanya dijadikan jargon saja sementara sektor pertanian masih menjadi subordinat pembangunan," katanya. Direktur Lembaga Pengembangan Ekonomi dan Keuangan (Indef), Fadhil Hasan menilai, pertumbuhan sektor pertanian selama tahun ini masih lamban, hanya subsektor perkebunan yang terlihat menggembirakan. "Kinerja sektor pertanian secara umum masih tertatih-tahih, hanya sektor perkebunan yang menggemberikan," katanya. Ketiganya mengharapkan untuk mendongkrak pertumbuhan sektor pertanian pemerintah melakukan terobosan baik dalam penanganan persoalan-persoalan di sektor pertanian yang selalu muncul maupun pembangunan infrastruktur seperti saluran irigas ataupun jalan desa. Selain itu, menurut Winarno Tohir, untuk merangsang minta investor mengembangkan industri pengolahan komoditas pertanian sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi serta daya saing di pasar internasional. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2006