Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah tetap akan melakukan pendekatan persuasif di Poso, seperti perluasaan lapangan kerja, pembangunan perumahan bagi para korban konflik dan upaya menetralisir dendam antarwarga yang dapat memicu konflik baru. "Langkah utama, anak-anak dan korban konflik itu harus lebih diperhatikan atau solusi seperti lapangan kerja yang memadai, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh tindakan-tindakan yang memicu konflik," kata Kepala Desk Poso Kementerian Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) Budi Utomo, di Jakarta, Rabu. Ditemui usai menghadiri upacara serah terima jabatan Sesmenko Polhukam, ia mengatakan, pemerintah terus melakukan upaya untuk menuntaskan persoalan di Poso salah satunya penegakkan hukum yang tegas terhadap para pelaku aksi kekerasan. Seperti yang telah dilakukan pemerintah dalam menangani insiden penyerangan markas Brimob di Gebang Rejo, Poso, pada 22 Oktober silam, pemerintah membentuk Tim pencari Fakta (TPF) Poso. Dari hasil investigasi yang dilakukan TPF dan penyelidikan Polri terdapat 29 orang yang masuk DPO dan kini telah empat orang yang menyerahkan diri. Tidak itu saja, pemerintah juga akan terus melakukan sosialisasi tentang kebijakan pemerintah dalam penyelesaian Poso. "Alhamdulillah, sampai saat ini semua pihak bisa menerima salah satu indikatornya saat malam Natal dan perayaan Natal 2006, tidak ada gangguan yang berarti, damai dan diharapkan situsi ini dapat dipertahankan hingga pergantian tahun," kata Budi. Pada awal 2007, pemerintah akan melakukan evaluasi terhadap langkah-langkah penanganan yang lebih komprehensif untuk menyelesaikan konflik di Poso. Pada kesempatan yang sama Menko Polhukam Widodo Adi Sutjipto mengatakan, situasi keamanan di Poso kini relatif kondusif meski sempat terjadi insiden di daerah tersebut. "Secara umum, situasi keamanan nasional pada 2006 relatif kondusif termasuk di beberapa daerah seperti Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Papua dan Poso, meski sempat terjadi peningkatkan eskalasi di Poso, tetapi semua itu bisa dikelola secara baik," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006