Lhokseumawe, Aceh (ANTARA News) - Badan Investasi dan Promosi Aceh menjajaki pasar baru kopi Arabika di Eropa, khususnya di negara Skandinavia, sehingga komoditas andalan dari dataran tinggi "Gayo" itu semakin luas.
Kepala Badan Investasi dan Promosi Aceh, Iskandar, saat melakukan pertemuan dengan Pemerintah Aceh Tengah dan Bener Meriah di Redolong, Sabtu, menyatakan Badan Ivestasi dan Promosi Aceh sangat peduli terhadap promosi kopi Gayo di pasar Eropa agar pasarnya lebih luas lagi, khususnya negara-negara Skandinavia.
Turut hadir pada pertemuan tersebut Bupati Bener Meriah Ruslan Abdul Gani, Bupati Aceh Tengah Nasaruddin, beberapa pejabat Kementerian dan SKPA terkait, SKPK dari dua kabupaten, dan beberapa pedagang serta eksportir kopi lokal.
Kopi Arabika asal Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah selama ini secara rutin sudah diekspor ke Inggris, Jerman dan Belanda, sedangkan negara Scandinavia belum ada.
Iskandar menyatakan, selama ini negara Skandinavia mendapatkan kopi Gayo dari negara sesama Uni Eropa, ke depan dapat langsung berhubungan dengan eksportir lokal Aceh.
Sehubungan dengan promosi itu, Aceh akan mengikuti Expo kopi di Gothenburg, Swedia, bertajuk "Brafax World Coffee Expo" yang direncanakan berlangsung 16-18 Juni 2015.
Persiapan untuk mengikuti expo diawali dengan pertemuan Gubernur Aceh dengan Duta Besar RI untuk Belgia pada acara Marketing Investment Indonesia (MII) pada 2013 di Brussels Belgia.
"Dari beberapa kali pertemuan dan surat-menyurat terlihat dukungan sangat besar diberikan oleh KBRI Brussels untuk Aceh dapat berpartisipasi dalam expo kopi itu," ujar Iskandar.
Dikatakan Iskandar, Uni Eropa merupakan pasar kopi yang sangat menarik, karena 45 persen permintaan kopi dunia berasal dari negara-negara itu.
"Jumlah penduduk Uni Eropa mencapai 500 juta jiwa, dengan konsumsi kopi rata-rata per jiwa 5 kilogram, sehingga sangat potensial untuk pasar kopi," ujarnya.
Sementara, Bupati Nasaruddin mengakui pangsa pasar kopi Gayo selama ini lebih besar ke Amerika, sedangkan Uni Eropa walaupun ada masih relatif kecil, sehingga ia sangat mendukung keikutsertaan kopi Gayo dalam expo di Swedia, dengan harapan langsung terjadi transaksi bisnis antara pembeli dengan eksportir.
Nasaruddin memperkirakan setiap tahun berkisar 20 ribu ton kopi Gayo asal Kabupaten Aceh Tengah diekspor, namun yang mengurus Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK) di Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat hanya berkisar 5,5 ton saja.
Pada kesempatan tersebut Nasaruddin juga mendorong Badan Investasi dan Promosi Aceh untuk mendesak operasional pelabuhan Krueng Geukuh secepatnya untuk mempermudah ekspor sekaligus ketepatan dalam pendataan.
Disamping itu, Nasaruddin menegaskan secara umum volume ekspor meningkat seiring dengan penetapan Indikasi Geografis Kopi Gayo, bahkan saat ini tidak jarang para buyer (pembeli) dari luar negeri datang untuk melihat dan bahkan langsung melakukan transaksi pembelian kopi.
Hal menarik lainnya, Nasaruddin mengungkapkan perkebunan kopi di Aceh Tengah 100 persen milik petani, sehingga bila ada peningkatan produksi dan membaiknya harga, para petanilah yang menikmati manfaatnya.
"Kalau lahan perkebunan kopi diserahkan kepada swasta, maka rakyat hanya akan jadi pekerja, makanya Aceh Tengah tidak beri izin penguasaan lahan perkebunan kopi kepada pihak swasta," kata Nasaruddin.
Selanjutnya Bupati Bener Meriah, Ruslan Abdul Gani mengungkapkan keseriusannya untuk mengikuti expo kopi di Swedia mendatang, hal tersebut didasari keinginan untuk lebih mempromosikan komoditas itu secara global
"Kopi Gayo itu unik karena dikelola secara organik, yang bilang unik bukan orang Gayo tapi orang luar, semua rasa kopi dunia ada di Gayo," kata Ruslan yang optimistis daerahnya bisa bersaing dengan diberlakukannya pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Pertemuan yang berlangsung hari itu juga membahas terkait rencana kunjungan Tim SCAE (Specialty Coffee Associiation of Europe) Uni Eropa ke Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah pada tanggal 16-25 November 2015.
Pewarta: Mukhlis
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015