Sanur, Bali (ANTARA News) - Tsunami jika terjadi di Bali, seperti juga di Jawa, akan bersifat moderat, di mana gempa diperkirakan hanya berkisar 7 Skala Ritcher dan menyebabkan tinggi gelombang tsunami yang datang tak lebih dari dua meter sejauh 300-400m.
"Ini berbeda dengan tsunami Sumatera yang bersifat ekstrem, khususnya karena kondisi seismic gap di sana," kata Kasubdit Mitigasi Bencana dan Pencemaran Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan, Dr Subandono Diposaptono M Eng, di Pantai Sindhu, Sanur, Bali, Rabu.
Di Bali sendiri, kawasan pantai Sanur adalah yang paling rawan tsunami dibandingkan dengan lokasi pantai selatan lainnya di Bali, seperti Kuta, Jimbaran atau Nusa Dua, karena pantainya lebih landai.
Namun demikian, kerawanan Sanur mengecil berkat masih terpeliharanya pepohonan di tepi pantai. Selain itu, Sanur juga memiliki banyak bangunan kuat berlantai dua yang bisa dijadikan tempat evakuasi.
Sanur seperti juga pantai lain di selatan Bali, cukup beruntung karena terhalangi Bukit Becatu yang tak berpenghuni di selatannya serta Pulau Nusa Penida, sehingga jika ada gelombang tsunami akan terpecah.
Ini berbeda dengan Pantai Pangandaran yang pada 17 Juli lalu terkena tsunami yang merusak, karena di pantai selatan Jawa Barat itu tidak dirimbuni pepohonan atau penghalang apapun.
"Kami sudah menanam 4.000 pohon di Pantai Pangandaran dengan jarak masing-masing tiga meter serta membangun 20 unit rumah panggung dan bisa membuat warga yang tinggal di pantai lebih merasa aman," katanya.
Tetap berbahaya
Ia menyayangkan surutnya gelombang tsunami Pangandaran yang mencapai Bali itu sempat hanya menjadi tontonan, meski surutnya air itu hanya setinggi 30-50cm.
"Surutnya air itu tanda-tanda tsunami. Untunglah hanya 30-50cm.
Semoderat apapun tsunami, tetap berbahaya karena kecepatannya luar biasa bisa enam meter per detik. Jadi larilah secepatnya menjauhi pantai ke tempat yang lebih tinggi," katanya.
Ia juga mengingatkan kebanyakan korban tsunami bukan karena air laut, tetapi karena terbentur puing-puing hasil terjangan tsunami.
Hasil evaluasi simulasi tsunami drill di Sanur Bali juga disebutkan kurang sukses, karena dari rencana diramaikan oleh 12 ribu masyarakat yang diundang, ternyata hanya dihadiri sekitar 2.000 saja.
Mereka yang ikut simulasi khususnya para siswa sekolah, para pegawai Pemda setempat serta para petugas, sedangkan masyarakat kurang antusias.
Peringatan tahun kedua terjadinya tsunami Aceh dihadiri Menristek Kusmayanto Kadiman, Menteri LH Rahmat Witoelar dan Menbudpar Jero Watjik, Kepala LIPI Umar Anggara Jenie, Kepala BMG Sri Woro dan para pejabat lainnya dari berbagai instansi pemerintah seperti BPPT, Bakosurtanal, LAPAN. (*)
Copyright © ANTARA 2006