Surabaya (ANTARA News) - ITS Surabaya menargetkan kompetisi kebaharian "Marine Icon" yang sudah berlangsung hingga tahun ke-10 (2015) itu bisa menjadi kompetisi skala Asean pada tahun mendatang.
"Dibandingkan tahun lalu, peserta tahun ini lebih banyak. Ada 900 peserta dan juga lebih menyebar mulai dari Jatim, Semarang, Jakarta, Sumatera Barat, hingga Kalimantan. Ada juga dari ITB," kata Ketua Marine Icon 2015 ITS, Nityasa Manuswara, di Surabaya, Jumat.
Oleh karena itu, ia berharap tahun depan sudah bisa digelar dalam skala lebih luas yakni Asean dan juga bisa menjadi bagian dari agenda tahunan dari peringatan Hari Jadi Kota Surabaya.
"Ke depan, kami ingin sudah ada peserta dari negara lain, setidaknya dari Asean, sehingga Indonesia sebagai Poros Maritim akan mudah diwujudkan," kata mahasiswa semester 6, Jurusan Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan ITS itu.
Lomba dengan tema "Berkarya Bersama Membangun Peradaban Maritim Indonesia" yang digelar di kawasan Monumen Kapal Selam (Monkasel) Surabaya pada Jumat (8/5) hingga Minggu (10/5) itu mempertandingkan enam jenis lomba dan memperebutkan Piala Menpora.
Keenam jenis lomba adalah Marine Diesel Assembling (bongkar pasang mesin diesel) bagi siswa SMK, Waterbike Competition (sepeda air), dan National Maritime Paper and Essay Competition (lomba karya tulis kemaritiman).
Selain itu, Pop Pop Boat Race (kapal uap/perahu tok-tok), Marine Photography Contest (lomba foto kemaritiman), dan Dragon Boat Race (lomba dayung/lomba balap perahu naga).
"Khusus kapal uap atau tok-tok itu, peserta diminta menambahkan perangkat radar agar kapal bisa belok. Secara keseluruhan, hampir 50 persen peserta mengikuti lomba balap atau dayung itu," katanya.
Dalam kesempatan itu, Rektor ITS Prof Joni Hermana menegaskan bahwa Marine Icon 2015 merupakan ide kreatif yang sudah dilakukan jauh sebelum pemerintah menggagas Poros Maritim.
"Ide kreatif itu akan mengembalikan kejayaan Majapahit sebagai Kerajaan Maritim terbesar di dunia pada masanya, karena memiliki 3.000 kapal perang yang berisi 300 penumpang untuk setiap kapal. Columbus saja saat menemukan Benua Amerika hanya dengan kapal berpenumpang puluhan orang," katanya.
Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015