Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah sebesar 24 poin menjadi Rp13.170 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.146 per dolar AS.
"Penguatan dolar AS ditopang dari membaiknya data kredit konsumsi di Amerika Serikat. Situasi itu menekan mata uang rupiah pada hari ini," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, data tersebut menjadi salah satu indikasi kesehatan ekonomi di AS. Selanjutnya, investor global akan mengalihkan perhatiannya terhadap data tingkat pengangguran serta penyerapan tenaga kerja di sektor non-pertanian yang akan diumumkan pada akhir pekan ini (Jumat, 8/5) waktu setempat.
"Data yang baik akan mempertahankan tren penguatan dolar AS," katanya.
Sementara itu dari dalam negeri, lanjut dia, kehadiran Bank Indonesia untuk menambah pasokan dolar AS di pasar valas domestik terpantau tidak terlalu agresif sehingga diperkirakan berpeluang menambah tekanan rupiah.
Pengamat Pasar Uang dari Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan data Non-Farm Payrolls (NFP) Amerika Serikat diperkirakan meningkat, situasi itu kembali menimbulkan spekulasi the Fed akan menaikan suku bunganya.
"Spekulasi itu membuat volatilitas rupiah menjadi tinggi. Data NFP cukup berpengaruh pada mata uang dunia, termasuk rupiah karena dapat memberikan gambaran bagi The Fed untuk menaikan suku bunganya," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015