Peneliti mengingatkan bahwa menonton peristiwa kekerasan dapat membuat mengalami trauma atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Hal itu adalah temuan studi Dr. Pam Ramsden dari Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Bradford, belum lama ini.
Dalam pertemuan British Psychology yang diadakan di Liverpool hari ini, Ramsden mengatakan paparan peristiwa kekerasan dapat membuat orang-orang seakan mengalami sendiri hal itu dan berujung pada trauma.
"Media sosial memungkinkan orang-orang melihat peristiwa kekerasan bahkan dengan detil yang menakutkan. Menonton peristiwa semacam ini dan merasakan kesedihan yang mendalam karena ini secara langsung bisa berdampak pada kehidupan kita," kata dia.
Untuk sampai pada temuan ini, Ramsden melibatkan 189 orang partisipan berusia 37 tahun. Dia meminta para partisipan mengikuti tes klinis untuk mengukur trauma atau PTSD, yang berisi kuesioner mengenai kepribadian, perkiraan trauma, dan kuesioner yang berisi peristiwa-peristiwa kekerasan dalam media sosial atau internet, termasuk peristiwa 9/11 dan bom bunuh diri.
"Cukup mengkhawatirkan bila seperempat partisipan yang melihat peristiwa kekerasan mendapatkan nilai tinggi pada tes PTSD. Peningkatan risiko juga terjadi pada mereka yang memiliki kepribadian ekstrovert,” tutur Ramsden.
Dia mengingatkan, meningkatnya akses orang-orang terhadap media sosial dan internet melalui tablet dan smartphone, maka diperlukan upaya memperingatkan mereka soal risiko ini. Demikian seperti dilansir Science Daily.
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015