"Saya ingin tamat SMP bahkan kalau ada umur dan rezeki ingin lanjut sampai kuliah."
Usia lanjut bukan penghambat bagi Siti Sahana (55) menjadi orang terpelajar dan meraih cita-cita menjadi seorang guru.
Nenek empat cucu itu terlihat serius mengerjakan soal-soal mata pelajaran Bahasa Inggris di salah satu rungan peserta ujian paket B di SMP Negeri 2 Kota Bengkulu.
"Saya ingin tamat SMP bahkan kalau ada umur dan rezeki ingin lanjut sampai kuliah," kata Siti usai mengikuti ujian hari ketiga, Rabu (6/5).
Siti menuturkan riwayat pendidikan formalnya terputus di bangku SMP karena harus menikah dengan Muhammad Syahrie, suaminya hingga saat ini.
Setelah dikaruniai dua anak dan menggeluti berbagai usaha dan pekerjaan, Siti tidak pernah merasa puas.
Profesi guru yang ia cita-citakan di masa kecil terus membayangi sehingga ia mendirikan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) "Sahara" pada Oktober 2014.
"Saya nekat mendirikan PAUD karena saya ingin mewujudkan cita-cita menjadi guru," ucapnya.
Bagi Siti, penyesalan yang muncul karena pernah meninggalkan bangku sekolah tidak perlu diratapi.
Justru ia membayar penyesalan itu dengan kembali ke bangku sekolah.
Empat hari dalam sepekan, ia dan puluhan peserta didik PKBM Sriwijaya di Kelurahan Sawah Lebar mengikuti pelajaran penyetaraan SMP.
Ia mengatakan tidak sulit mengikuti pelajaran di PKBM karena semangat dan niat yang bulat untuk menamatkan pendidikan setara SMP itu.
"Mata pelajaran paling sulit adalah Bahasa Inggris, saya hanya tahu one, two, three," kata dia menyebutkan urutan bilangan dalam bahasa Inggris, diiringi senyum lebar.
Sementara mata pelajaran lain yakni Matematika, Bahasa Indonesia, Biologi dan Pendidikan Kewarganegaraan masih bisa diikuti.
Siti mengatakan sudah pernah mengikuti ujian Paket B pada 2014 tapi tidak lulus.
"Karena waktu itu belajar kurang serius, jadi kali ini saya lebih banyak belajar, mudah-mudahan lulus," kata peserta tertua ujian Paket B di Kota Bengkulu itu.
Selain untuk mewujudkan cita-cita sebagai pengajar, Siti juga merasa malu dengan pengajar di PAUD yang dia dirikan.
Tiga orang pengjar di PAUD yang dipimpinnya bergelar sarjana membuat Siti merasa bertanggungjawab untuk melanjutkan pendidikan sehingga setara dengan para pengajar di PAUD itu.
"Sekarang lebih banyak mengawasi proses belajar dan merawat balita yang dititip di PAUD. Mudah-mudahan saya lulus ujian," tambah dia.
Muhammad Syahrie, suami Siti mengatakan seluruh keluarga mendukung upaya perempuan kelahiran Lahat, Sumatera Selatan itu untuk meraih cita-citanya.
"Mudah-mudahan diberi umur, rezeki dan kesehatan untuk Ibu melanjutkan pendidikannya dan meraih cita-citanya," ucapnya.
Pemilik PKBM Sriwijaya Kelurahan Sawah Lebar, Ralin mengatakan sangat bangga dan salut dengan niat dan usaha Siti Sahana untuk melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda.
"Nenek Siti menjadi salah satu contoh bahwa penyesalan tidak untuk diratapi, tapi dibayar dan dia sudah membayarnya," kata dia.
Apalagi nenek Siti yang sudah pernah gagal pada ujian pertama pada 2014 tidak menyerah tapi kembali mencari PKBM yang lebih baik sebagai tempatnya belajar dan saat ini kembali mengikuti ujian penyetaraan.
Salah seorang pengajar di PAUD Sahara, Nitiria mengatakan salut dengan semangat dan kerja keras nenek Siti untuk melanjutkan pendidikannya.
"Kami sangat bangga dengan nenek Siti karena dalam usianya sekarang masih bersemangat untuk belajar, seharusnya menjadi contoh bagi orang muda," kata sarjana Bahasa Indonesia dari Sekolah Tinggi Ilmu Pengetahuan Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan ini.
Oleh Helti Marini Sipayung
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015