Tapi kami terus bergerak guna membuka peluang pasar. Sebelumnya kami melakukan pertemuan dengan pengusaha dari Inggris, sekarang dengan pengusaha Brunei Darussalam,"
Surabaya (ANTARA News) - Pengusaha asal Brunei Darussalam berminat investasi di Jawa Timur, karena provinsi tersebut memiliki potensi besar untuk menjadi perluasan pasar dari sejumlah sektor bisnis mereka.
"Untuk menjajaki seberapa besar potensi itu, kini ada 37 pengusaha Brunei Darussalam datang ke Jatim," kata Minister Counsellor at the Embassy of the Republic of Indonesia to Brunei Darussalam, Rudhito Widagdo, di Grha Kadin Jatim, Surabaya, Rabu.
Menurut dia, puluhan pengusaha dari 18 perusahaan itu sekaligus melakukan temu bisnis dengan 60 pengusaha UKM Jatim yang bergerak di sejumlah sektor bisnis.
Misalnya, pariwisata, travel, makanan dan minuman, barang kebutuhan rumah tangga, kulit dan produk dari kulit, tekstil dan produknya.
"Ada pula pengusaha UKM Jatim yang mengembangkan bisnis fashion dan aksesoris, kerajinan, tenaga kerja terampil, forwarding agent dan transportasi, serta perdagangan," katanya.
Dari kunjungan tersebut, jelas dia, ada beberapa sektor yang bisa dilakukan kerja sama, seperti di sektor perdagangan hingga pertukaran tenaga kerja dan lainnya. Namun, secara umum, pengusaha Brunei Darussalam ingin melihat perkembangan kinerja ekonomi Jatim.
"Apa saja produk yang potensial dan bisa dikerjasamakan dengan mereka, mengingat 14 persen gross domestic product (GDP) Brunei Darussalam untuk konsumsi dan mayoritas impor," katanya.
Ia berharap pertemuan ini bisa menjembatani kedua belah pihak pada masa mendatang. Bahkan, menghasilkan kesepakatan tersendiri seiring hubungan bisnis antarnegara memang memerlukan proses.
Ia meyakini pertemuan itu ada tindak lanjut pada masa mendatang sehingga Indonesia, khususnya Jatim, bisa meningkatkan kinerja ekspornya ke Brunei Darussalam.
"Untuk itu, kami siap mengadakan pameran tunggal produk Indonesia pada bulan Agustus 2015 dan tersedia lima gerai bagi produk unggulan Jatim. Apalagi, selama ini neraca perdagangan Indonesia dengan Brunei Darussalam selalu defisit karena terlalu besar melakukan impor minyak, BBM, dan gas methanol," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang UMKM Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, M Rizal, mengaku optimistis bahwa momentum itu adalah peluang yang harus dimanfaatkan oleh pengusaha Jatim, khususnya UMKM guna memasarkan produknya ke luar negeri.
Dengan demikian, kinerja akan terdongkrak, mengingat akhir tahun ini sudah berlaku Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
"Pada tahun ini, UMKM mengalami berbagai tekanan, mulai dari persoalan pilpres, UMK yang tinggi yang setiap tahun dinaikkan, hingga kenaikan BBM dan listrik, lalu harga BBM dikabarkan akan mengalami fluktuasi," katanya.
Akibatnya, lanjut dia, kinerja perekonomian Jatim maupun nasional pada triwulan I/2015 melambat atau cenderung turun. Selain itu, kini UMKM menjadi ragu untuk berbisnis karena biasanya untuk menentukan strategi harga dari harga BBM.
"Tapi kami terus bergerak guna membuka peluang pasar. Sebelumnya kami melakukan pertemuan dengan pengusaha dari Inggris, sekarang dengan pengusaha Brunei Darussalam," katanya.
Pewarta: Indra Setiawan/Ayu Citra SR
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015