Pekanbaru (ANTARA News) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menyatakan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) diberlakukan pada Mei hingga Oktober 2015, untuk mengantisipasi potensi kebakaran dan menghindari bencana asap seperti yang terjadi setiap tahun.
Hal itu disampaikan Siti Nurbaya usai melakukan pertemuan tertutup bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman serta perwakilan pemerintah daerah kabupaten dan kota, di ruang VIP Lancang Kuning Bandara Sultan Syarif Kasim II, Kota Pekanbaru, Rabu.
Menteri Siti Nurbaya menegaskan bahwa pemerintah pusat mendorong Plt Gubernur Riau untuk memperpanjang status siaga darurat yang seharusnya sudah habis berlakunya pada 31 Maret lalu, dengan pertimbangan prakiraan cuaca akan memasuki musim kemarau mulai Mei ini dan arah angin mengarah ke Utara.
"Iya, siaga darurat diperpanjang mulai Mei hingga Oktober," tegas Siti Nurbaya.
Ini kedua kalinya Menteri Siti Nurbaya mendorong agar Pemprov Riau bersikap tegas dan cepat untuk menetapkan status darurat bencana Karhutla, yang pertama pada Februari lalu ketika wilayah pesisir Riau dilanda kebakaran hebat karena anomali kemarau yang datang lebih cepat di awal tahun 2015. Keputusan itu cukup ampuh karena pemerintah bersama pihak perusahaan dan TNI-Polri langsung melakukan berbagai upaya untuk melakukan pemadaman, dan masa berlakunya status siaga darurat itu berakhir pada 31 Maret lalu.
Menteri Siti Nurbaya dalam beberapa kali kesempatan sudah meminta agar Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman untuk memperpanjang status siaga darurat karena potensi kebakaran yang lebih hebat akan terjadi pada musim kemarau di akhir bulan Mei ini. Perpanjangan status siaga darurat juga penting sebagai landasan hukum dalam hal pendanaan program-program mitigasi bencana Karhutla dari anggaran BNPB.
Namun, pemerintah daerah masih ragu karena terganjal regulasi Peraturan Gubernur Riau No.27/2014 tentang Protap penetapan status darurat Karhutla, bahwa status siaga tidak bisa ditetapkan saat kondisi Riau relatif bersih dari kebakaran.
Menurut dia, upaya persiapan yang penting untuk dilakukan guna mencegah Karhutla adalah melakukan penyekatan kanal (canal blocking).
Berdasarkan uji coba sekat kanal yang dirintis pemerintah di Riau, seperti di Desa Sungai Tohor Kabupaten Kepulauan Meranti, Siti Nurbaya mengatakan telah berhasil mengurangi kebakaran karena air yang sebelumnya terkuras karena adanya kanal bisa tertahan sehingga menjaga gambut tetap basah.
Hal itu juga ditunjukkan dari data Satelit NOAA 18 bahwa pada kurun awal tahun ini jumlah titik api menurun drastis menjadi 1.893 titik, dibandingkan dengan tahun 2014 pada periode yang sama mencapai lebih dari 7.000 titik api.
"Ada indikasi fisik gambut yang mulai basah setelah sekat kanal, meski ada konsekusinya ada tanaman kelapa sawit yang mati karena akarnya terendam air," ujarnya.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015