"Pipa panas bumi ini menjadi korban dari musibah longsor," katanya di Jakarta, Rabu.
Hal itu dikatakannya menanggapi pemberitaan yang menyebutkan ledakan pipa panas bumi menjadi penyebab terjadinya longsor.
"Jadi, justru pipa panas bumi itu meledak akibat tanah longsor," tambah Rida.
Menurut dia, pipa panas bumi di Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Pengalengan yang dioperasikan Star Energy Geothermal (Wayang Windu) Limited itu meledak akibat dua faktor.
Pertama, gerakan tanah membuat pipa panas bumi bergeser dan kemudian patah menjadi tiga.
Faktor kedua, longsoran tanah yang berada sekitar satu kilometer di atas pipa menimbun pipa, sehingga membuat uap panas terkurung dan meningkatkan tekanan sebelum akhirnya meledak.
"Ledakan itu setara 10 bar," ungkapnya.
Rida mengatakan, warga setempat yang menjadi korban, bukan akibat ledakan uap pipa panas bumi.
"Kalau terkena uap panas tentunya tubuh korban bakal melepuh, karena suhu uap mencapai 170 derajat Celcius. Kenyataannya, korban tidak melepuh," ujarnya.
Ia juga mengatakan, berdasarkan rekomendasi Badan Geologi Kementerian ESDM, sekitar 200 KK di lokasi longsor semestinya sudah harus pindah.
"Tanah di situ memang labil," ujarnya.
Menurut dia, lahan dengan kemiringan 70 derajat tersebut sudah beralih fungsi dari hutan menjadi lahan pertanian seperti kol dan kentang.
Meski bukan akibat pipa, Rida sudah meminta Star Energy membantu korban dan memperbaiki rumah yang rusak.
Ke depan, Kementerian ESDM bersama pemda setempat akan membuat aturan yang melarang warga tinggal dan melakukan aktivitas di lokasi tersebut.
"WKP harus disterilkan dari warga," tukasnya.
Di samping itu, pipa juga semestinya dipindah ke lokasi lain yang aman.
Pada Selasa (5/5), musibah longsor terjadi di areal Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Pengalengan yang dioperasikan Star Energy. Musibah tersebut dipicu hujan deras di sekitar lokasi.
Dengan demikian, longsor terjadi akibat hujan deras dan ditambah kondisi tanah yang labil.
Akibat longsor tersebut menyebabkan empat warga meninggal dunia, lima orang belum ditemukan, dan 11 lainnya luka-luka.
Ledakan pada pipa utama menyebabkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Wayang Windu yang juga dioperasikan Star Energy berkapasitas total 227 MW terhenti sejak Selasa (5/5).
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015