Beijing (ANTARA News) - Tiongkok akan memperluas larangan pembakaran batu bara sehingga meliputi pusat-pusat kota sampai daerah pinggiran kota untuk mengatasi masalah polusi udara.
Saat menyampaikan rencana aksi batu bara bersih 2015-2020, Selasa, Badan Energi Nasional (National Energy Administration/NEA) negara itu menyatakan akan memromosikan pasokan energi dan listrik tersentral menggunakan gas alam dan energi terbarukan untuk menggantikan pembangkit-pembangkit tersebar yang menggunakan batu bara berkualitas rendah.
Konsumen batu bara terbesar dunia itu akan melarang penjualan dan pembakaran batu bara berabu tinggi dan bersulfur tinggi di daerah-daerah yang paling parah terdampak polusi udara, termasuk kota-kota yang mengelilingi Beijing.
Beijing tahun lalu menginstruksikan pelarangan pembakaran batu bara di enam daerah pusat mulai 2020.
Di bawah rencana aksi yang baru, menurut NEA, industri-industri pengguna bahan bakar batu bara akan beralih ke gas atau batu bara bersih mulai 2020 di kelompok kota Beijing-Tianjin-Hebei, delta Pearl River dan delta Yangtze River.
Tiongkok dikelilingi sekitar 600.000 industri pengguna batu bara, kebanyakan berada di area permukiman di bagian utara negeri itu.
NEA menyatakan bahwa pemerintah akan menawarkan subsidi untuk energi tapi tidak menyampaikan rincian rencana itu.
Dalam rencana aksi yang sebelumnya dikeluarkan Kementerian Industri dan Teknologi Informasi, Tiongkok ingin memangkas konsumsi batu bara sampai 80 juta ton lebih pada 2017 dan lebih dari 160 juta ton pada 2020.
Konsumsi batu bara tahunan Tiongkok mencapai sekitar 3,7 miliar ton, meliputi sekitar 66 persen dari kebutuhan energinya.
Selain menimbulkan gas rumah kaca yang membuat iklim menghangat, batu bara merupakan penyebab utama kabut asap berbahaya yang sering menyelimuti kota-kota seperti Beijing dan Shanghai, demikian seperti dilansir kantor berita Reuters.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015