Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Indonesia memastikan akan bertemu dengan Export Credit Agency (ECA) pada awal Januari 2007 untuk merestrukturisasi utangnya menyusul kegiatan sejenis pertengahan Desember 2006 dengan para pemegang surat berharga (Floating Rate Notes/FRN) di Singapura. "Konsep pertemuannya, kurang lebih sama dengan pertemuan pemegang FRN kemarin di Singapura. Rencananya minggu pertama atau kedua Januari," kata Dirut PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar menjawab pers usai menghadiri Acara Puncak HUT LKBN ANTARA ke-69 yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Selasa. Menurut Emirsyah, utang kepada ECA sebesar 510 juta dolar AS dari total utang senilai 791 juta dolar AS ini akan dinegosiasi dengan konsep yang sama kepada para pemegang surat berharga (FRN) di Singapura pada pertengahan Desember 2006. "Konsepnya sama, utang kepada ECA, kami usulkan akan kami bagi menjadi utang dalam kategori dijamin (secured) dan tidak dijamin (unsecured). Termasuk juga, opsi pembagian beban (sharing of the pain)," katanya. Namun, Emirsyah menjamin, utang kepada ECA sebagian besar berkategori dijamin karena pesawatnya ada dan masih digunakan dalam operasional Garuda. "ECA ini kan para lessor pesawat. Jadi, biaya sewa tetap kami bayar," katanya. Utang dijamin dimaksudkan akan direstrukturisasi dengan profil pembayaran secara komersial, sedangkan yang tidak dijamin akan dibeli kembali dengan diskon melalui mekanisme lelang, direstrukturisasi dengan perpanjangan waktu, atau dikonversi menjadi penyertaan modal (ekuiti). Kendati begitu, Emirsyah enggan merinci lebih lanjut rencana restukturisasi dengan ECA tersebut karena sejauh ini proposal sedang dipelajari mereka. "Tunggu dulu deh karena kami juga tidak tahu arah dan tujuannya kemana (tanggapan dari ECA, red)," katanya. Kondisi keuangan Garuda hingga November 2006 yang belum diaudit adalah masih merugi Rp309 miliar atau lebih baik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp672 miliar. Hingga akhir tahun ini diperkirakan masih rugi sekitar Rp400 miliar. Sedangkan total pendapatan hingga November 2006 mencapai Rp9.804 miliar atau menurun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp10.000 miliar, total biaya operasi Rp10.466 miliar atau lebih kecil dari tahun lalu Rp10.764 miliar. Rugi operasi hingga November Rp663 miliar atau menurun dibanding tahun lalu Rp764 miliar, other income/expenses Rp352 miliar atau jauh lebih besar dari tahun lalu Rp93 miliar, sehingga rugi sebelum pajak tahun ini Rp311 miliar dan tahun lalu Rp672 miliar. Pada bagian lain, Emirsyah saat ditanya rencana bisnis Garuda 2007, khususnya terkait dengan rencana pembukaan rute ke Eropa, mengatakan, pembukaan rute itu perlu persiapan antara lain mulai dari perijinannya hingga pesawat. "Kami lagi mencari pesawat dan kalau semuanya sudah siap memang bisa tahun depan, tetapi bisa juga berpeluang mundur, jika ternyata ada hambatan lain," katanya. Ia juga mengatakan, rencana bisnis Garuda ke depan antara lain harus didukung oleh pendanaan yang antara lain bersumber dari bantuan pemerintah senilai Rp1 triliun. "Totalnya adalah untuk memperbaiki seluruh operasional Garuda, termasuk transformasi bisnis antara lain menggandeng partner strategis yang harus dituntaskan pada tahun depan," demikian Emirsyah.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006