Mataram (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi V DPRD Nusa Tenggara Barat HMS Kasdiono menyesalkan terjadinya kebocoran ujian nasional sekolah menengah pertama dan sederajat di Kota Mataram.
"Kami sangat menyesalkan itu karena semestinya tidak boleh terjadi," kata Kasdiono di Mataram, Selasa.
Dia menilai, bocornya kunci jawaban karena ada sistem yang tidak berjalan secara maksimal dalam proses pelaksanaan ujian nasional tersebut. Padahal, pelaksanaan UN setiap tahun dilakukan, namun selalu saja ada kecurangan.
"Ada yang tidak berjalan maksimal, sehingga kebocoran UN selalu saja terjadi. Meski pengamanan terhadap jalannya proses UN sudah ketat, tetapi tetap saja ada kecurangan. Ini yang mestinya harus diperbaiki, sehingga ke depan tidak ada lagi kejadian seperti itu," jelasnya.
Karenanya, politisi dari Partai Demokrat ini menyarankan fungsi pengawasan dan kontrol pelaksanaan UN bisa lebih diperketat, termasuk saat di sekolah terutama para pengawas atau guru untuk bisa meminimalkan adanya kebocoran.
"Kalau nilai rendah jangan lagi kita menyalahkan siswa, tetapi guru juga harus ikut bertanggung jawab," katanya.
Ombudsman Perwakilan NTB menemukan adanya bukti kebocoran UN SMP pada hari kedua pelaksanaan, Selasa (5/5).
Ketua Ombudsman NTB Adhar Hakim mengatakan bahwa kebocoran itu terbukti saat pihaknya membuntuti sejumlah siswa SMP yang melakukan transaksi dengan oknum penjual kunci jawaban di sejumlah tempat di seputaran Kota Mataram.
"Jadi transaksi itu berlangsung pada Selasa subuh. Di sejumlah titik tampak para siswa berkumpul di sebuah tempat untuk membeli kunci jawaban dari tangan oknum yang tidak bertanggung jawab ini," katanya.
Ia mengatakan bahwa tempat-tempat oknum tersebut melancarkan aksinya menjual kunci jawaban UN SMP itu ada di beberapa titik seputaran Kota Mataram.
"Seperti yang kami temukan itu, ada di dekat Lapangan Sangkareang, di areal eks gedung Koni, di Lapangan Atletik, dan ada juga di dekat kampus IKIP, ujarnya.
Menurut Adhar, pihaknya sengaja membiarkan aksi itu berjalan dan mulai membuntuti salah seorang siswa yang sudah mendapat kunci jawaban ujian.
"Saat itu, rata-rata mereka sudah berseragam sekolah," ucapnya.
Saat dibuntuti, ternyata salah seorang siswa yang berseragam putih biru itu mampir ke sebuah warung internet (warnet) yang tidak jauh dari tempatnya membeli kunci jawaban itu.
"Sekelompok siswa berseragam itu langsung masuk ke warnet dan memperbanyak kunci jawaban itu dengan cara di print," kata Adhar.
Setelah mengetahui hal tersebut, ucap Adhar, pihaknya langsung memergoki sekelompok siswa berseragam itu dan mengambil barang bukti berupa selebaran kertas yang berisi lima paket kunci jawaban untuk mata pelajaran matematika.
"Dari pengakuan mereka, harga satu paket yang berisi lima kunci jawaban itu mencapai Rp300 ribu hingga Rp1 juta," kata Adhar.
Selain itu, dari keterangan salah seorang siswa, bahwa oknum tersebut mengimbau para siswa setelah selesai menggunakannya diminta untuk membakarnya.
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015