"Salah satu tujuan kompetisi adalah untuk pembinaan pemain muda, maka hal itu tentunya tidak boleh berhenti," kata pelatih Persita Bambang Nurdiansyah di Tangerang, Selasa.
Bambang mengatakan bahwa banyak pemain muda hasil binaan yang ingin berprestasi dan memajukan sepak bola setelah melalui kompetisi di tingat paling bawah.
Bahkan tidak jarang juga pemain mengandalkan pemasukan keuangan dari sepak bola, tapi bila kegiatan itu terhenti, maka semangat olahraga mereka dikhawatirkan menjadi menurun.
Meski persiapan Persita untuk menghadapi Divisi Utama 2015 sudah matang, selama lebih dari empat bulan tapi tiba-tiba dihentikan.
Padahal PT Liga Indonesia, katanya, telah menetapkan pembagian grup kepada masing-masing tim yang siap berlaga pada Divisi Utama.
Namun Persita berada pada Grup II bersama tim asal Banten dan Jabar, serta Jateng yakni Cilegon United, Perserang Serang, Villa 2000 Tangerang Selatan, Persikabo Bogor, Persika Karawang, Persikad Purwakarta, PSGC Ciamis, Persires Rengat Kuningan dan PSCS Cilacap.
Bahkan dalam pertemuan dengan pengurus tim asal Banten lainnya seperti Perserang, Cilegon United dan Villa 2000 disepakati agar kompetisi tidak boleh berhenti.
Sedangkan tim asal Banten lain telah membina sejumlah pemain muda dari tingkat desa hingga kecamatan untuk dapat berlaga pada kompetisi yang lebih baik.
Sementara itu, General Manager Persita, Eka Wibayu mengatakan pihaknya menunggu keputusan dari pembina Persita, Ahmed Zaki Iskandar setelah pihak Menpora melakukan rapat dengan pengurus peserta Indonesia Super League (ISL) dan Divisi Utama, Kamis (7/5).
"Kami sudah melaporkan tentang masalah itu ke pembina untuk dicarikan jalan keluar tapi sekarang menunggu keputusan," katanya.
Persita batal bertemu Cilegon United, Minggu (26/4), di Stadion Krakatau Steel, Kota Cilegon pada pertandingan perdana Divisi Utama setelah adanya pembekuan PSSI.
Pewarta: Adityawarman
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015