"Dunia perfilman memiliki peluang pada MEA 2015. Pengaruh MEA terhadap perfilman akan besar dan itu menjadi tantangan besar tapi semua harus siap," kata pengamat film Bandung, Lulu Fachrullah di Bandung, Senin.
Selain Lulu hadir sejumlah sutradara film Sofyana Ali Bindiar dan pemerhati Abdalallah Gifar.
Lulu yang juga salah satu pendiri Traffic Light Pictures menyebutkan, potensi dalam menjadikan Kota Bandung sebagai kota sinema cukup tinggi. Hanya saja saat ini masih banyak aspek yang perlu diperbaiki.
"Sebenarnya Bandung itu bukan industri, tapi lebih kepada pergerakan komunitasnya yang menarik. mungkin belum ada industri film, tapi potensinya ada," kata Lulu.
Menurut dia MEA 2015 merupakan sebuah kesempatan, bukan ancaman. Menurutnya dengan adanya pasar bebas antar negara, membuat kesempatan para sineas untuk mendapatkan dana dan bebas mengembangkan filmnya tanpa harus terikat dengan negara.
Hanya saja ketiga sineas muda ini masih mempertanyakan sejauh apa kesiapan Indonesia untuk menghadapi MEA.
"Jangankan film, sekarang agensi iklan menawarkan kepada klien Indonesia menggunakan kru dari luar dengan mahal, meski mungkin kemampuannya sama," katanya.
Ketika MEA kata Lulu, orang tidak berbicara mengenai suku atau bangsa, tapi melihat kemampuan. Bila industri film tidak siap bisa tergeser.
Sementara itu sutradara muda Bandung, Sofyana Ali Bindiar yang juga biasa dipanggil Ale, berpendapat industri film Indonesia saat ini justru semakin menurun. Dia melihat jumlah penonton film indonesia dari tahun ke tahun semakin menurun.
"Tujuh tahun lalu kita lihat box office itu di atas satu juta. Sekarang standar box office menurun jadi 200 ribu. Bahkan film itu masuk ke dalam daftar investasi negatif tahun kemarin," kata Ale.
Meski demikian, Ale optimis Bandung tetap dapat maju menjadi kota sinema.
"infrastrukturnya sudah mulai dibangun, pemerintah kotanya sudah mulai terbuka dengan industri kreatif," katanya.
Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil menyatakan bahwa Bandung adalah kota yang besahabat untuk produksi film. Sekarang film terbantu dengan adanya Badan Ekonomi Kreatif yang dikomandani Triawan Munaf. Bentuk konsep menjadikan film menjadi ujung tombak industri kreatif itu sudah ada.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015