"Saya akan tampilkan wali kota sejak zaman Belanda dan Jepang Tahun 1942-1945, hingga era Gestapu (G 30 S PKI). Sejarah tak boleh bohong, semuanya kan saya pasang," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat ikut mempersiapkan peresmian di Musem Surabaya, Sabtu.
Menurut dia, benda-benda kuno yang menceritakan Surabaya tempo dulu di antaranya foto wali kota sejak zaman penjajahan, mesin ketik, perlengkapan pemadam kebakaran serta berbagai penghargaan.
Barang antik tersebut di antaranya berasal dari koleksi di masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). "Banyak dinas yang memberikan koleksinya, ini diluar ekspektasi saya," ujarnya.
Namun, Risma mengakui benda kuno yang ditempatkan di Museum tersebut masih belum lengkap. "Iya memang belum lengkap, kami terus melengkapi," katanya.
Mantan Kepala badan Perencanaan dan pembangunan Kota ini menegaskan, Museum Surabaya akan menjadi destinasi wisata baru. Menurutnya, Di gedung Siola, selain Museum, pihaknya akan mengisi beberapa ruangan dengan pusat jajan khas Surabaya, pameran lukisan, sentra UKM, hingga kantor SKPD. Beberapa SKPD yang kantornya dipindah ke gedung bersejarah itu, yaitu Dinas kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Tanah dan Bangunan serta Dispendukcapil.
"BKPM, Dinas Tanah dan Bangunan serta Dispenduk capil kita pindah ke sini supaya pelayanan ke masyarakat dekat, pelayanannya mulai Pk. 09.00 WIB pagi sampai Pk. 21.00 WIB," kata alumnus ITS Surabaya.
Berkaitan dengan pertunjukan kesenian, wali kota mengungkapkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa seniman. "Di sini nanti ada pertunjukan musik keroncong, Jazz, Tari, drama tinggal mengatur jadwalnya saja," katanya.
Risma mengatakan berbeda dengan Museum Tugu Pahlawan dan House of Sampoerna, Museum Surabaya menampilkan sejarah khusus kota Surabaya.
"Banyak turis yang nanya museum, adanya Museum tugu Pahlawan dan House of Sampoerna. Tapi yang menceritakan Surabaya sendiri belum ada," katanya.
Museum Surabaya menurutnya dibuka untuk umum. Mereka yang ingin menyaksikan koleksi benda bersejarah di area itu tidak dipungut biaya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015