Jakarta (ANTARA News) - PT Aneka Tambang (Antam) pada tahun 2007 menargetkan tambahan produksi feronikel menjadi sekitar 21.000 ton atau naik sekitar 50 persen dari produksi tahun ini yang mencapai 14.000 ton per tahun. Peningkatan produksi tersebut sejalan dengan mulai beroperasinya pabrik feronikel unit III (Feni III) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, kata Direktur Operasi PT Antam, Alwin Syah Loebis, kepada pers, saat menghadiri acara Antam Berbagi di Sentul, Bogor, Minggu. Menurut Alwin Syah, produksi feronikel memang sengaja dipacu agar dapat memanfaatkan momentum pasar feronikel dunia yang masih akan bersinar pada tahun depan. "Jika tahun 2005 produksinya masih sekitar 7.000-an ton, tahun ini naik dua kali lipat dan tahun depan menjadi tiga kali lipatnya karena pabrik peleburan nikel atau Feni III telah beroperasi," katanya. Mengutip hasil riset lembaga analis komoditas pertambangan independen Brookhunt, Alwinsyah mengatakan bahwa pasokan feronikel dunia tahun depan masih akan mengalami keterbatasan. Hal itu disebabkan oleh tertundanya dua proyek pertambangan milik produsen nikel utama dunia, yakni proyek Inco International di New Caledonia dan proyek BHP Billiton di Rapenphorpe, Australia. "Kedua proyek nikel besar itu semula dijadwalkan masuk ke pasar pada tahun 2006 atau 2007," katanya. Sementara di sisi lain, permintaan feronikel, sebagai bahan baku pembuatan baja anti karat (stainless steel), terutama di China terus naik. Sehingga ada kekurangan pasokan feronikel di pasar internasional saat ini. Kondisi demikian, memberikan keuntungan bagi PT Antam yang kebanjiran permintaan feronikel dari konsumennya di luar negeri terutama dari Korea Selatan, Taiwan, Jerman dan beberapa negara Eropa lainnya. Kelangkaan pasokan tersebut, menurut Alwinsyah, juga berdampak pada membaiknya harga feronikel dunia saat ini yang sepanjang tahun 2006 rata-rata mencapai 9,5 dolar AS per pound. "Bahkan tahun depan diperkirakan akan naik lagi menjadi rata-rata 9,8 dolar AS per pound," ujarnya. Sementara untuk produk tambang lainnya seperti emas dan bauksit, PT Antam belum berniat melakukan penambahan produksi pada tahun 2007 meskipun harga emas sekarang juga terus membaik. "Untuk emas tingkat produksinya pada tahun depan masih akan sama dengan tahun ini yaitu sekitar 3.000 kilogram atau 3 ton per tahun," katanya. Ia mengakui, harga emas saat ini cukup tinggi yakni rata-rata mencapai 600 dolar AS per troy ounce. Namun untuk meningkatkan produksi bagi BUMN ini masih sulit, mengingat jenis pertambangan emas PT Antam yang sebagian besar merupakan tambang bawah tanah. "Pengoperasian tambang bawah tanah tidak semudah tambang terbuka sehingga untuk meningkatkan produksi tidak gampang. Tetapi dengan tingkat produksi 3 ton per tahun saat ini sudah sangat baik mengingat mencari cadangan emas juga sulit," kata Alwin Syah. Antam selama periode Januari-Sepetember 2006, mencatat laba bersih sebesar Rp808 miliar atau naik 13,75 persen dibandingkan periode yang sama 2005 sebesar Rp711 miliar. Sementara laba usaha mencapai Rp1,3 triliun, naik dari sebelumnya Rp844 miliar. Penjualan bersih per September 2006 juga naik 53,47 persen menjadi Rp3,4 triliun dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,2 triliun. Perusahaan ini pada pekan lalu juga mengumumkan telah mendapatkan pinjaman senilai 121 juta dolar AS dari bank domestik, yakni dari Bank Central Asia (BCA) sebesar 71 juta dolar dan Bank Mandiri sebesar 50 juta dolar AS. Pinjaman akan digunakan untuk mempercepat pembayaran utang (refinancing) obligasi dari anak perusahaan Antam Finance Limited (AFL), senilai 171 juta dolar AS yang dikeluarkan pada September 2003. Seperti diketahui, pada 2003 AFL menerbitkan obligasi senilai 200 juta dolar AS untuk membiayai proyek Feni III. Obligasi ini akan jatuh tempo pada 30 September 2010.(*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2006