Jeddah (ANTARA News) - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah bersepakat dengan pemerintah Arab Saudi dalam penentuan waktu melontar jumrah di Mina. Pelemparan jumrah di Mina ini akan dilakukan jamaah haji Indonesia pada 10 Dzulhijjah, 11 dan 12 Dzulhijjah serta 13 Dzulhijjah. Kepala Seksi Pelayanan Umum dan Ibadah Daker Makkah, Asnawi Muhammadiyah, mengatakan pada 10 Dzulhijjah ada lima waktu yang ditetapkan. "Pada tanggal tersebut ada satu rentang waktu larangan melempar," katanya, seperti dikutip Media Center Haji di Mekkah, Minggu (24/12). Menurut Asnawi, waktu yang dilarang tersebut adalah pada pukul 06.00 hingga 11.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Sementara waktu lain yang diperbolehkan bagi jamaah untuk melontar adalah pukul 24.00-06.00, pukul 11.00-16.00, pukul 16.00-20.00, dan pukul 20.00 hingga 23.00 WAS. Pada 11 dan 12 Dzulhijjah, jelas Asnawi, waktu larang untuk melontar pada pukul 10.00-15.30 WAS. Sementara pukul 24.00-06.00, pukul 06.00-10.00, pukul 15.30-18.00, dan pukul 18.00-23.00 WAS jamaah Indonesia diperbolehkan untuk melempar jumrah. Sedangkan pada tanggal 13 Dzulhijjah jamaah haji Indonesia diperbolehkan melontar pada pukul 24.00-06.00, pukul 06.00-11.00, pukul 11.00-15.00 dan pukul 15.00-18.00 WAS. "Pada waktu-waktu itu jamaah Indonesia akan melempar dengan jamaah dari negara Asia Tenggara lainnya," kata Asnawi. Menurut Asnawi, jamaah yang melontar bersamaan dengan jamaah Indonesia adalah jamaah Malaysia, Brunei, dan Thailand. Ia menambahkan dengan jadwal ini menghindarkan jamaah Indonesia berbaur dengan jamah dari negara lain yang memiliki postur tubuh lebih besar. Asnawi menyatakan pihak PPIH telah mensosialisasikan jadwal ini kepada jamaah yang dilakukan secara hierarkis. Ia berharap semua jamaah akan mematuhi jadwal yang telah ditetapkan . "Selain itu, kata dia, PPIH juga akan menempatkan pos di sepanjang jalan menuju jamarat," jelasnya. Pos tersebut akan memantau pergerakan jamaah Indonesia dari perkemahan ke Jamarat. Bila ada jamaah yang tak mematuhi jadwal melontar jumrah maka mereka akan dihentikan dan akan dikembalikan ke maktabnya masing-masing. Dalam prakteknya nanti, kata Asnawi, maktab akan bersepakat dengan jamaah menentukan waktu untuk melempar. Ini kemudian dikomunikasikan dengan pos-pos yang ditempatkan di sepanjang jalan menuju Jamarat dan di area Jamarat sendiri. Bila setiap pos memberikan informasi bahwa kondisi telah memungkinkan untuk melontar, kata Asnawi, maka mereka akan bergerak dari perkemahan ke Jamarat. (*)
Copyright © ANTARA 2006