Indeks dolar AS masih dalam tekanan turun terhadap mata uang utama dunia, termasuk rupiah

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak menguat sebesar 75 poin menjadi Rp12.920 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.995 per dolar AS.

"Indeks dolar AS masih dalam tekanan turun terhadap mata uang utama dunia, termasuk rupiah. Tekanan terhadap dolar AS mengindikasikan keraguan pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS (the Fed) akan menaikan suku bunga dalam waktu dekat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, keraguan investor itu muncul menyusul rilis data-data ekonomi Amerika Serikat belakangan ini kurang impresif. Apalagi, data produk domestik bruto (PDB) AS yang akan dirilis diperkirakan hanya akan bertumbuh 1 persen, di bawah pertumbuhan kuartal IV 2014 lalu yang 2,2 persen.

"Data yang lebih buruk dari ekspektasi itu akan memperkuat keraguan pasar terhadap naiknya suku bunga AS dan bisa mendorong pelemahan dolar AS lebih dalam lagi," katanya.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa harapan yang berkembang di pasar keuangan global adalah the Fed mempertegas penundaan kenaikan suku bunga acuan hingga menjelang akhir tahun ini.

"Jika hal itu terjadi maka dolar AS diperkirakan melanjutkan pelemahannya. Sebaliknya, jika the Fed tetap bersikukuh akan menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat, maka dolar AS bisa berbalik untuk menguat," katanya.

Penguatan rupiah, lanjut dia, juga seiring dengan aksi Bank Indonesia yang berusaha melakukan intervensi dengan memasok dolar AS di pasar valas domestik.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu (29/4) ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.964 dibandingkan hari sebelumnya, Selasa (28/4) di posisi Rp12.978 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015