Jakarta (ANTARA News) - Klub peserta kompetisi Indonesia Super League (ISL) menolak kompetisi tertinggi di Tanah Air itu berada di bawah kendali Tim Transisi PSSI yang dibentuk Kemenpora meski operatornya tetap PT Liga Indonesia.
"Kami harus tetap berada di bawah PSSI. Kalau di bawah naungan Tim Transisi kami tolak," kata perwakilan klub ISL Aidil Fitri usai pertemuan dengan Menpora Imam Nahrawi di Kantor Kemenpora Jakarta, Senin.
Pertemuan antara klub peserta ISL dengan pihak Kemenpora tidak membuahkan hasil setelah Menpora Imam Nahrawi meninggalkan lokasi pertemuan karena harus menjalankan tugas ke Manado, Sulawesi Utara.
Kondisi itu membuat perwakilan klub yang hadir kurang bersemangat saat pertemuan akan dipimpin oleh Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraaan Kemenpota, Gatot S Dewa Broto. Selanjutnya perwakilan klub meninggalkan lokasi pertemuan.
"Kami tidak ingin dipimpin oleh Deputi. Makanya kami sepakat keluar dari lokasi pertemuan. Yang jelas pada pertemuan tadi Menpora meminta kompetisi tetap berjalan. Tapi kami meminta PSSI di bawah pimpinan saudara La Nyalla Mattalitti diakui," katanya dengan tegas.
Meski meninggalkan lokasi pertemuan, pihaknya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Menpora Imam Nahrawi. Apalagi politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa itu saat pertemuan mengisyarakatkan kompetisi akan diikuti oleh 18 tim.
Sementara itu, CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono mengatakan, pihaknya kesulitan jika menuruti keinginan Kemenpora dalam menggelar kompetisi di bawah Tim Transisi. Apalagi klub menginginkan tetap ingin berkompetisi di bawah naungan PSSI yang saat ini dibekukan.
"Kompetisi akan sulit dieksekusi. Apalagi pada pertemuan tadi belum ada keputusan konkret sekalipun menteri ingin membentuk tim bersama untuk memikirkan itu," katanya usai pertemuan dengan Menpora.
Mantan Sekjen PSSI itu mengaku bahwa pada pertemuan tadi belum mendapatkan keputusan. Untuk itu pihaknya belum bisa berspekulasi terkait pelaksanaan kembali kompetisi ISL. PSSI meski telah dibekukan tetap akan menggelar rapat Komite Eksekutif pada 2 Mei.
"Semoga pada rapat tersebut ada terobosan baru. Kita tunggu saja," kata pria asal Ngawi, Jawa Timur itu.
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015