Sekarang semuanya tergantung Presiden Jokowi"

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Umum Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI) Markus Wauran mengatakan bahwa sejumlah negara maju berlomba-lomba membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

"Negara maju berlomba-lomba bikin PLTN, sementara di Tanah Air masih dalam perdebatan," ujar Markus dalam diskusi di Jakarta, Senin.

Hal tersebut sangat disayangkan, Amerika Serikat punya 100 PLTN, sekarang sedang membangun lima unit PLTN lagi.

Kemudian Rusia, yang saat ini memiliki 33 PLTN, dan sedang membangun 11 PLTN baru.

"Tiongkok juga memiliki 27 unit PLTN yang beroperasi, dan sedang membangun 23 unit lagi," jelasnya.

Meskipun, negara-negara tersebut juga memiliki banyak kandungan minyak bumi dan gas.

Menurut Markus, diversifikasi energi dilakukan para negara maju itu bertujuan agar tidak tergantung pada satu sumber energi.

PLTN hemat 100 kali dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar batubara.

"Begitu juga dengan pembangkit berbahan bakar terbarukan. Potensinya hanya 27.000 MW. Jika seperti itu sulit mencapai ketahanan energi," terang dia.

PLTN, lanjut Markus, merupakan jalan keluar agar persoalan krisis listrik bisa teratasi.

Dia juga mengharapkan semakin banyak kepala daerah yang menginginkan agar PLTN dibangun di daerahnya.

"Sekarang semuanya tergantung Presiden Jokowi," tukas dia.

Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Djarot Wisnubroto, mengatakan bahwa PLTN merupakan jalan keluar jangka panjang dari permasalahan listrik.

"Tenaga kerja kita telah memiliki kemampuan dalam mengelola PLTN. Bahkan Korea pun belajar sama kita," kata Djarot.

Pewarta: Indriani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015