Kathmandu (ANTARA News) - Para dokter di Nepal mengatakan mereka membutuhkan lebih dari seribu tempat tidur untuk merawat pasien yang datang dibawa dengan ambulan atau taksi.
"Gempa bumi telah menghancurkan infrastruktur rumah sakit terbaik Nepal ketika seharusnya melayani lebih banyak orang dengan cepat," kata Sarvendra Moongla, salah satu dokter bedah senior di Pusat Trauma Rumah Sakit Bir, seperti yang diberitakan Reuters.
Banyak korban luka di Kathmandu dirujuk ke rumah sakit yang baru dibuka Februari tahun ini dan berkapasitas 200 tempat tidur.
Anak-anak yang terluka terbaring di lantai rumah sakit dan ratusan pasien lainnya berada di tenda di luar rumah sakit sementara keluarganya berusaha mencarikan air dan makanan.
Banyak pasien yang dirawat lebih dulu dikeluarkan lebih awal karena rumah sakit butuh tempat untuk korban luka.
Di luar Sekolah Kedokteran Kathmandu, sekitar setengah jam perjalanan dengan mobil dari RS Bir, Khile Sherpa, 20 tahun, menunggu untuk mendapat perawatan. Setengah wajahnya tertutup perban.
Ia mengatakan dirinya dievakuasi dari pendakian Gunung Everest, yang saat longsor menewaskan 17 orang.
Gempa berkekuatan 7,7 skala Richter menunjukkan fasilitas medis Nepal yang kuarng baik.
Menurut laporan World Health Organization tahun 2011, negara berpenduduk 28 juta orang ini hanya memiliki 2,1 dokter dan 50 tempat tidur rumah sakit untuk setiap 10.000 orang.
Gempa yang melanda Nepal Sabtu siang waktu setempat menewaskan lebih 2.200 orang dan melukai lebih dari 5.400.
Korban diperkirakan akan bertambah karena masih ada orang yang terjebak di reruntuhan baik di ibu kota Kathmandu maupun area terisolasi dan puncak gunung.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015