Banda Aceh (ANTARA News) - Tujuh dari 21 kabupaten/kota di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dilanda banjir yang mengakibatkan lima orang tewas dan puluhan ribu warga mengungsi. Sekretaris daerah (Setda) Provinsi NAD, Husni Bahri TON, kepada pers di Banda Aceh, Sabtu, menyebutkan banjir bandang yang terjadi serentak saat ini dinilai sebagai bencana alam terburuk kedua setelah tsunami, 26 Desember 2004. Bencana alam banjir bukan saja di Aceh, tetapi sebagian wilayah provinsi tetangga, Sumatera Utara (Sumut) juga parah, sehingga beberapa orang tewas serta beberapa orang lainnya dinyatakan hanyut dan sampai kini belum diketahui nasibnya. "Transportasi darat Aceh-Sumut hingga hari ini (23/12) masih terputus totak akibat ketinggian air diatas permukaan jalan di wilayah Besitang hingga mencapai diatas satu meter," katanya. Lima orang warga Aceh meninggal akibat bencana banjir bandang tersebut berada di Aceh Utara, yakni masing-masing atas nama M Ali (27), Mahmuddin Cut (23) dan Usman, sedangkan tiga orang lainnya belum diketahui identitasnya. Total pengungsi korban banjir yang tinggal ditenda darurat saat ini tercatat sebanyak 70.000 orang, sedangkan lainnya dikabarkan masih bertahan di rumahnya masing-masing dengan keadaan cuaca dienam wilayah itu masih mencemaskan. Dikatakannya, cuaca mendung sebagai pertanda bakal turun hujan bukan saja di wilayah pantai timur Aceh, tetapi merata hampir disemua kabupaten/kota di provinsi ujung paling barat Indonesia itu, termasuk pantai barat selatan Aceh. Untuk membantu para korban, pemerintah telah menyalurkan sejumlah bantuan, antara lain berupa beras, makanan cepat saji, selimut, tenda dan mesin listrik mini (genset), guna meringankan penderitaan para korban. Bencana alam banjir melanda Aceh sejak Jumat (22/12) pagi, setelah beberapa hari lalu diguyur hujan lebat, namun sampai berita ini diturunkan belum terlihat adanya tanda-tanda air akan surut karena keadaan cuaca masih buruk. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2006