Sidoarjo (ANTARA News) - Jalan Raya Porong, Sidoarjo --sekitar satu km-- dari pusat luapan lumpur, Jumat petang, tepatnya sekitar pukul 16.00 WIB, tiba-tiba berubah seperti sungai setelah air meluberi jalan Sidoarjo-Pasuruan Jatim tersebut. Kejadian ini sempat membuat panik warga sekitar dan pengendara lalu lintas yang sedang melintas di jalan raya yang selalu padat merambat sejak terjadinya luapan lumpur Lapindo. Warga dan aparat keamanan di areal bencana lumpur Lapindo Brantas, berlarian menyelamatkan diri, karena trauma dengan ledakan pipa gas Pertamina di tol Surabaya-Gempol Km 38, beberapa waktu lalu yang memakan banyak korban. Jalan setempat yang semula macet pun langsung lengang, karena pengendara tidak berani melintas di jalan raya itu, khawatir menjadi korban. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, karena dikhawatirkan air itu berasal dari luberan lumpur Lapindo Brantas, Inc, warga dan aparat kepolisian dari Polres Sidoarjo menutup total jalan raya tersebut. Warga yang penasaran pun ramai-ramai keluar rumah dan memenuhi aspal jalan yang berair tersebut untuk memastikan air apa yang meluber ke jalanan itu. Setelah diusut, air yang meluber di Raya Porong itu berasal dari pipa PDAM yang diduga pecah, karena tak tahan dengan hawa panas yang muncul dari luapan lumpur panas Lapindo Brantas, sehingga air dari pipa PDAM di dalam aspal jalan itu akhirnya menyembur ke aspal jalan dan memenuhi Jalan Raya Porong. Sehubungan dengan kejadian ini, sejumlah aparat dari Satlantas Polres Sidoarjo dikerahkan ke TKP (Tempat Kejadian Perkara) untuk mengatur perubahan jalur dan mengamankan sekitar lokasi kejadian. Kasat Lantas AKP Andi Yudianto, SH dan Kanit Laka Iptu Anwar Sudjito, SH tampak memimpin anggotanya berjaga-jaga di TKP dan mengatur perubahan arus sebagai dampak penutupan Raya Porong. Menurut Andi Yudianto, Jalan Raya Porong dari dua arah terpaksa ditutup total mulai sekitar pukul 17.00 WIB. Polisi hingga malam belum berani membuka ruas Raya Porong, setelah air muncrat dari tengah jalan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006