Amuntai, Kalsel (ANTARA News) - Bangunan yang rusak akibat angin puting beliung yang melanda Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, terus bertambah, dan sekarang menjadi 114 rumah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Faturrahman di Amuntai Kamis mengatakan, kerusakan bangunan itu terjadi di enam desa di Kecamatan Amuntai Selatan yakni Desa Telaga Hanyar, Telaga Silaba, Simpang Tiga, Padang Tanggul, Bejawit dan Kayakah.
"Pada saat peristiwa terjadi, pihak BPBD belum dikerahkan untuk melakukan pendataan, karena selain sudah larut malam dan cuaca hujan, aliran listrik menuju Kecamatan Amuntai Selatan terpaksa dipadamkan," katanya.
Pihak BPBD dibantu aparat kecamatan dan kepala desa mendata pada Kamis pagi sejak pukul 08.00 - 13.00 WITA.
Dilaporkan sebanyak 108 buah rumah dan 6 bangunan lainnya, seperti gedung serba guna, gudang gabah, sekolah (TK,SD, SMP) dan mesjid rusak.
Menurut Faturrahman, tingkat kerusakan bangunan bervariasi, yakni mulai dari rusak berat sebanyak 39 buah, rusak sedang 37 buah, hingga rusak ringan 38 buah.
Sedangkan korban luka dilaporkan tiga orang, satu di antaranya hingga Kamis Sore masih dirawat di Rumah Sakit Pambalah Batung Amuntai, yakni Mugni (65 tahun), warga Desa Padang Tanggul.
Seusai pendataan, Kepala BPBD Faturrahman langsung berkoordinasi dengan Camat Amuntai Selatan untuk validasi data, yang juga dikumpulkan petugas kecamatan sehingga hasil pengolahan data bisa digunakan untuk data penyaluran bantuan.
"Nanti akan kita koordinasikan dengan Dinas Sosial agar bantuan bisa segera disalurkan," kata Faturrahman.
Peristiwa angin puting beliung ini terjadi pada Rabu sore menjelang magrib. Pada saat warga tengah bersiap-siap melaksanakan ibadah Sholat Magrib, terjadi hembusan angin kencang disertai petir.
"Tiba-tiba saja atap rumah warga bergerak-gerak lalu berhamburan melayang keudara dengan cepatnya" tutur salah seorang warga.
Situasi makin mencekam, karena sesaat setelah bencana terjadi, aliran listrik di Kecamatan Amuntai Selatan padam sementara hujan terus menggguyur, sehingga evakuasi terhadap warga dan perabot rumah tangga baru bisa dilakukan pagi hari.
Akibatnya banyak peralatan rumah tangga yang basah kehujanan dan dijemur saat pagi hari. Sejumlah guru di SD Kayakah juga terihat menjemur buku-buku pelajaran dan buku arsip sekolah.
Peristiwa angin puting beliung ini, menurut penuturan warga bukan pertama kali terjadi, sejumlah desa seperti Desa Padang Tanggul sudah dua kali mengalami musibah angin puting beliung.
Pewarta: Ulul Maskuriah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015