Jakarta (ANTARA News) - Sebelumnya, berkunjung ke Tanah Suci bagi Bambang WD pria asal Bekasi, Jawa Barat, ibarat impian yang terlampau sulit diwujudkan.
Meski terbersit satu impian menunaikan ibadah haji, tetapi itu masih terlalu jauh bagi pria berdarah campuran Ambon-Jawa itu.
"Saya ingin tapi tidak pernah saya utarakan ke orang lain. Saya pikir untuk apa karena impian itu semula begitu mewah buat saya," kata pria yang bekerja di perusahaan kargo di pelabuhan, PT Trias Tanjung Rezeki di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Namun, impian itu tiba-tiba hadir di mata Bambang sebagai kenyataan setelah lima tahun bekerja di perusahaan yang membawahi empat divisi itu.
Sebuah tiket berangkat ke tanah suci ia dapatkan setelah pemimpin perusahaan yang bernama Muntoha Naseri memanggilnya empat bulan silam.
Semula Bambang merasa was-was setelah membolos sehari tanpa izin dan langsung dipanggil pimpinan ke ruangannya.
"Saya pikir saya akan dimarahi pada awalnya. Saya sudah sangat was-was," katanya.
Namun, bayangan kemarahan itu seketika sirna ketika sang bos justru mengatakan telah mentransfer uang Rp26 juta ke dalam rekeningnya sebagai biaya berhaji.
"Beliau menanyakan apa kamu sanggup, saya tidak berani bilang apa-apa, saya hanya bisa menangis karena bahagia," kata ayah tiga anak itu.
Berangkat berhaji di perusahaan tempat Bambang bekerja atas biaya perusahaan memang menjadi tradisi dari tahun ke tahun.
Sebagian keuntungan perusahaan dipotong sebesar 2,5 persen untuk membiayai perjalanan haji para karyawannya dari tahun ke tahun.
"Tetapi saya sama sekali tidak menyangka saya terpilih lebih awal ketimbang karyawan lain yang sudah puluhan tahun bekerja di perusahaan itu," kata lulusan Teknik Industri Univeritas Trisaksi Jakarta itu.
Bambang beruntung sebab pimpinan perusahaan memilihnya yang diakuinya sebagai anugerah Tuhan yang tidak pernah disangkanya akan datang lebih cepat.
Panggilan Khusus
Kesempatan menunaikan ibadah haji yang datang lebih awal bagi Bambang itu membuatnya merasa harus terus bersyukur sekaligus bangga.
"Saya bisa berangkat selagi usia masih muda sehingga tidak harus merepotkan orang lain saat melaksanakan ibadah," kata pria berumur 45 tahun itu.
Penyuka olah raga bulutangkis itu usai menerima sejumlah dana dari perusahaan untuk biaya naik haji kemudian mendaftar di sebuah KBIH di Cilandak, Jakarta Selatan, dan mendapat kepastian berangkat pada tahun yang sama.
"Hebat sekali saya tidak harus menunggu selama bertahun-tahun dan tidak masuk daftar tunggu. Saya merasa ini memang panggilan Tuhan yang khusus buat saya," katanya.
Sejak empat bulan silam, Bambang yang lulus kuliah pada 1987 itu mendapat kepastian berangkat ke tanah suci dan tercatat sebagai anggota kloter 38 JKG yang diberangkatkan pada 20 Desember 2006 dari Embarkasi Jakarta.
Tidak seperti orang lain yang harus mempersiapkan selama bertahun-tahun untuk menunaikan rukun Islam yang kelima itu, Bambang hanya memerlukan waktu selama empat bulan untuk memastikan dan memantapkan keberangkatannya ke tanah suci.
Selama empat bulan waktu yang tersisa untuk mempersiapkan diri itu pula Bambang mengikuti bimbingan haji di sejumlah tempat.
"Jujur untuk bisa menghafal semua doa-doanya saya tidak mampu tapi saya akan melakukan yang terbaik karena saya menganggap haji saya ini adalah tugas kantor sekaligus ibadah saya," kata pria berperawakan kecil itu.
Bambang mengaku kecintaannya pada pekerjaan dan perusahaannya kian bertambah dengan diberikannya kesempatan langka itu.
"Jangan tanyakan lagi pada saya tentang loyalitas sebab saya bersedia memberikan pada perusahaan lebih dari yang diminta," katanya.
Sebab di matanya, semua yang dilakukan saat ini dan esok adalah bagian dari tugas dan ibadah.(*)
Pewarta: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2006