Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 238 jamaah dari 403 jamaah kloter 55 SOC, merupakan, jamaah yang memiliki risiko tinggi dari penyakit. "Hal ini berarti sebanyak 59 persen, jamaah kami yang berada di tanah suci merupakan jamaah resiko tinggi," kata petugas medis kloter 55 SOC, dr Gani Kriswanto, melalui siaran pers yang diterima dari Media Center Haji (MCH), Jumat (22/12). Menurut dia, sebagian besar jamaah kloter 55 SOC tersebut, berusia antara 60 sampai 90 tahun dengan menderita penyakit kencing manis dan hipertensi. Bahkan, ada pula jamaah yang harus menjalani cuci darah sebanyak dua kali dalam seminggu. Menyikapi kondisi yang dialami jamaah haji pada kloter 55 SOC itu, kata dia, pihaknya harus terus menerus memberikan pengawasan dan peringatan kepada jamaahnya untuk terus menjaga kondisi kesehatan dan kondisi fisik agar penyakitnya tidak kambuh. "Selain itu, kami juga menetapkan pengaturan waktu, kalau memang jamaah ingin ke Masjidil Haram maka mereka diminta untuk pergi ke sana pada waktu subuh kemudian seusai menjalani shalat subuh mereka diminta pulang untuk beristirahat," katanya. Selanjutnya, jamaah juga diminta tidak berangkat ke Masjidil Haram dahulu pada saat shalat Dzuhur. "Karena cuaca di siang hari tentu sangat terik dan akan membuat mereka kelelahan. Kalau pun mau ke Masjidil Haram mereka bisa berangkat menjelang Ashar dan pulang setelah Isya," katanya. Terlebih lagi, ia menyebutkan, saat ini menjelang wukuf yang merupakan puncak ibadah haji, hingga pihaknya terus melakukan pemantauan kegiatan jamaah. "Kami lakukan pemantauan agar mereka bisa menjalankan wukuf di Arafah," katanya. Kendati demikian, jika memang kondisi jamaah tidak memungkinkan, misalnya, sakit mereka kambuh dan harus menjalani perawatan di rumah sakit maka kemungkinan mereka harus disafariwukufkan. Disamping itu, Gani juga mengeluhkan pula kondisi pemondokan jamaah kloter 55 SOC yang berada di pemondokan nomor 505 itu. Ia mengatakan bentuk kamar yang hampir sama terkadang membuat jamaahnya mengalami disorientasi. Juga lift yang terbatas membuat jamaah cepat merasa lelah. "Pernah ada jamaah saya yang karena tak bisa membuka pintu kamarnya dan ingin ke kamar kecil kemudian ia buang air kecil di depan pintu kamarnya itu," katanya. Sementara itu, Ketua Kloter 55 SOC, Ahmad Toha, mengatakan bahwa upaya mencegah jamaah Risti mengalami kelelahan memang terus dipantau. "Kami terus melakukan pemantauan dan pengamatan di depan pintu pemondokan," katanya.(*)
Copyright © ANTARA 2006