"Pidato Presiden dalam KAA patut diapresiasi karena berisi pemikiran yang visioner, berani, dan disampaikan secara tegas," kata Wakil Sekjen Bidang Ekonomi dan Keuangan PPP ini di Jakarta, Rabu.
Bambang menggarisbawahi pemikiran Presiden Jokowi yang mendesak dilakukannya reformasi arsitektur keuangan global untuk menghilangkan dominasi kelompok negara atas negara-negara lain.
Menurut dia, pemikiran itu patut diapresiasi karena arsitektur keuangan global merupakan patron terpenting untuk menjadi landasan dalam menyelesaikan persoalan ekonomi dunia.
"Ini harus diapresiasi karena sekaligus menggambarkan Presiden kita juga berpikir global dan menaruh perhatian serius untuk turut serta memberikan sumbangsih bagi persoalan ekonomi dunia," kata Bambang.
Menurut dia, pernyataan Presiden yang disampaikan dalam forum yang dihadiri ratusan pemimpin dan petinggi negara-negara dunia itu sangat potensial untuk bisa mengubah peta politik dan perekonomian global.
Ia juga berharap pidato itu bisa menjadi semangat yang menginspirasi para delegasi yang hadir untuk bangkit melawan dominasi negara-negara tertentu terhadap negara dunia ketiga.
Namun Bambang menginginkan pidato Jokowi itu juga berorientasi ke dalam. "Artinya bahwa Presiden juga harus mulai memikirkan untuk menyusun cetak biru arsitektur perekonomian nasional," kata Bambang.
Ia berpendapat, Indonesia belum memiliki cetak biru yang jelas dalam hal ekonomi konstitusi termasuk arsitektur ekonomi nasional sebagai acuan pembangunan perekonomian Indonesia ke depan, padahal ini penting agar pondasi perekonomian Indonesia semakin kuat dan memiliki arah yang lebih jelas.
Presiden Jokowi dalam pidatonya di KAA 2015 menekankan dan menggalang semangat pemimpin dunia yang hadir ketika itu untuk membangun sebuah tatanan ekonomi baru yang terbuka bagi kekuatan-kekuatan ekonomi baru.
Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015