Ini semua dalam konteks berkelakar

Wellington (ANTARA News) - Perdana Menteri Selandia Baru John Key meminta maaf secara terbuka, Rabu, kepada seorang pelayan, yang menyebutnya "pengganggu ala anak sekolah" karena berulangkali menarik rambut ekor kudanya dalam beberapa kunjungan ke kafe dia.

Kelompok pembela perempuan mengungkapkan kemarahan dan Key mengatakan bahwa ia baru menyadari tingkahnya itu tidak pantas. Namun, ia bersikeras bahwa ia hanya sekadar main-main dan tidak ada niat jahat.

"Ini semua dalam konteks berkelakar," katanya kepada TVNZ, dan mengatakan ia meminta maaf serta memberi perempuan itu dua botol anggur saat menyadari ia mengambil sikap menyerang.

Pelayan di Auckland yang tak disebutkan namanya itu menceritakan pengalamannya itu dalam sebuah kolom di blog sayap kiri thedailyblog.co.nz, dan mengatakan bahwa tindakan pemimpin konservatif itu membuatnya menangis.

Ia mengatakan Key masih menarik rambutnya dalam setengah lusin kali kesempatan berbeda, meskipun ia jelas-jelas mengungkapkan ketidaksukaannya bahkan memperingatkan akan menonjoknya jika ia meneruskan aksinya.

Pada satu kesempatan, istrinya Bronagh mengatakan kepada Key "jangan usik gadis malang itu", tulis perempuan itu, namun perdana menteri memberikan kesan "bahwa ia tidak peduli".

"Ia seperti pengganggu anak sekolah yang menarik rambut gadis-gadis untuk mendapatkan reaksi mereka, menikmati rasa berkuasa," katanya dalam blog itu, seperti dikutip AFP.

Pelayan itu mengatakan Key akhirnya memahami pesannya dan berhenti menyiksanya pada akhir Maret, serta mengatakan bahwa ia tidak menyadari betapa marahnya pelayan itu atas tingkahnya selama beberapa bulan.

"Benarkah? Itu nyaris lebih bersifat menyerang daripada penghinaan itu sendiri," tulis dia.

Key pada 2014 memenangi masa pemerintahan ketiga. Ia terkenal karena radar politiknya, dan meraih 49 persen dukungan dalam jejak pendapat meskipun ia sudah berkuasa selama tujuh tahun.

Saat ditanya apakah ia telah bertindak pantas, politikus berusia 53 tahun itu mengatakan ia mengunjungi kafe itu selama bertahun-tahun dan memiliki hubungan dekat dengan para stafnya, termasuk melakukan beberapa lelucon.

"Hubungan ini sangat hangat, bersahabat. Dalam konteks itu Anda akan mengatakan ya, namun jika Anda melihat itu sekarang, tidak," katanya.

Kasus tersebut memicu reaksi keras di media sosial dan segera menjadi topik utama di Twitter dengan tanda pagar #ponytailgate#, dengan sebagian besar mengritik Key namun sebagian lain mengatakan bahwa kasus itu tidak akan mempengaruhi popularitasnya.

Dewan Perempuan Nasional mengatakan sulit bagi seorang pekerja kafe perempuan untuk menghadapi perdana menteri dan Key "telah melewati batas" dengan sentuhan yang tak diinginkan.

"Fakta bahwa perdana menteri kami masuk daftar orang-orang yang bias gender mempertegas betapa bias gender-nya sebagian budaya kita. Dan ini dimulai dari puncak," katanya.

Komisioner Hak Asasi Manusia Jackie Blue mengatakan, "Tidak pernah dibolehkan menyentuh seseorang tanpa seizin mereka."

Pemimpin Partai Green Metiria Turei menggambarkan tingkah Key "aneh", dan mengatakan bahwa sikap itu tidak menghormati perempuan bersangkutan dan pekerjaannya.

"Warga Selandia Baru tahu Anda tidak bisa masuk kafe dan mulai menarik rambut seseorang, terutama jika mereka sudah bilang tidak suka," katanya kepada wartawan.

"John Key harus diperlakukan dengan standar yang sama dengan kita semua," katanya, seperti dilaporkan AFP.

(Uu.S022)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015