Jakarta (ANTARA News) - Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan investasi hijau di bidang energi masih sangat potensial karena merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam pengembangan energi baru, terbarukan dan konservasi energi.
"Kalau dilihat dari realisasi investasi, maka di antara investasi hijau, sekitar 30 persennya berhubungan energi baik listrik, geotermal dan lainnya," kata Sudirman dalam jumpa pers tentang penyelenggaraan Tropical Landscape Summit di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, Indonesia sudah seharusnya menengok potensi EBTKE lantaran dari jumlah penduduknya yang mencapai 3,5 persen penduduk dunia, hanya memiliki cadangan energi fosil yang minim.
Cadangan minyak dan gas bumi Indonesia hanya sekitar 0,2 persen dari total cadangan migas dunia. Ada pun cadangan batubara Tanah Air hanya mencapai 4 hingga 5 persen cadangan dunia.
"Jadi kalau mengandalkan fosil sajan, sudah jumlahnya sedikit, akan habis pula. Makanya tidak ada pilihan lain selain tengok energi baru terbarukan," ujarnya.
Sudirman menambahkan, Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yang besar.
Data Kementerian ESDM menyebutkan potensi energi hidro yang teridentifikasi sebesar 75 gigawatt (GW), potensi surya sebesar 112 GW, bahan bakar nabati (biofuel) mencapai 32 GW, angin 0,95 GW, biomassa 32 GW, panas bumi 28,8 GW, dan laut 60 GW.
"Bagi pelaku bisnis tentu ini akan sangat menarik. Kemarin di World Economic Forum on East Asia, minat investor untuk masuk di green energy sangat besar, tinggal berapa insentif yang mau diberikan," katanya.
Kementerian ESDM, diakui Sudirman, akan melakukan terobosan untuk mendorong pengembangan EBTKE. Salah satu terobosan yang tengah diupayakan adalah mengajukan anggaran yang signifikan untuk EBTKE.
"Anggaran saat ini untuk EBTKE hanya Rp1,03 triliun. Kami belum siapkan angkanya tapi diharapkan bisa naik berlipat-lipat. Tapi saya yakin akan didukung oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Keuangan," katanya.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyelenggarakan Tropical Landscapes Summit - A Global Investment Opportunity pada 27-28 April 2015 di Hotel Shangrila Jakarta.
Kegiatan tersebut terselenggara atas kerja sama BKPM, Kantor Staf Kepresidenan dan United Nations Office for REDD+ Coordination (UNORCID). Pertemuan internasional itu menghadirkan para pembicara dan pengambil keputusan dari dalam dan luar negeri, 12 menteri ekonomi, deputi gubernur Bank Indonesia, Komisioner OJK, Kadin Indonesia, 40 CEO di berbagai bidang industri dari dalam dan luar negeri, gubernur dan walikota serta 20 lembaga swadaya masyarakat.
Kepala BKPM Franky Sibarani, dalam kesempatan yang sama, mengemukakan pemerintah menargetkan investasi hijau tumbuh rata-rata 20 persen setiap tahun.
Selama lima tahun terakhir (2010-2014), total realisasi investasi hijau mencapai 30,3 persen dari total nilai investasi atau sebesar Rp 486 triliun dibanding total nilai investasi Rp1.600 triliun. Dari realisasi tersebut, sebanyak 26,8 miliar dolar AS merupakan penanaman modal asing (PMA) dan Rp139,1 triliun merupakan penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Dengan target sedemikian, diperkirakan pada 2019 investasi hijau PMA mencapai 56 miliar dolar AS dan PMDN sebesar Rp448 triliun.
"Acara ini sangat strategis bagi Indonesia untuk menjadi role model bagi pembangunan ekonomi hijau yang berkelanjutan. Karena untuk mempercepat pembangunan infrastruktur hijau atau yang ramah lingkungan membutuhkan biaya yang cukup besar, dan acara ini diharapkan menjadi peluang untuk menarik investor," kata Franky.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015