Jakarta (ANTARA News) - Peneliti Puslit Geoteknologi LIPI, Dr Ir Wahjoe S Hantoro, mengatakan, terumbu karang di Indonesia selain memiliki ekosistem dan ekologis sebagai penyerap dan penahan karbon, juga mempunyai potensi untuk menjelaskan gejala alam di masa lampau bahkan bencana alam. "Bagi penelitian reka ulang gejala alam di masa lampau, terumbu karang merupakan laboratorium alam guna memperoleh gambaran gejala di saat sekarang," katanya dalam Orasi Pengukuhan Profesor Riset LIPI yang berjudul `Tektonik, Lingkungan dan Iklim Kuarter di Indonesia`, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, berperannya terumbu karang untuk menjelaskan gejala alam di masa lampau, dapat belajar dari letusan dahsyat Gunung Krakatau pada 1883 yang menimbulkan gelombang tsunami hingga menyapu pesisir di sekeliling Selat Sunda. Sisa dari kejadian tersebut, masih dapat ditemukan sebagai onggokan koral dan terumbu karang yang dahulu terbongkar, terangkut serta dilempar ke daratan oleh gelombang tsunami atau sebagai bongkah runtuhan tebing batu gunung api. "Bongkahan yang ditemukan juga di tempat lain di Indonesia, dapat menjadi bahan kajian untuk rekaan ulang menjelaskan mekanisme letusan yang memicu tsunami serta besaran energi tsunami itu sendiri," katanya. Selain tsunami Krakatau, kata dia, berdasarkan temuan koral terangkat diduga kawasan tersebut juga pernah dilanda tsunami yang lebih tua, berasal dari ledakan gunung api (Krakatau purba) atau gempa tektonik di masa lampau. Onggokan koral itu jauh di darat di beberapa tempat Kepulauan Mentawai (Pagai Selatan), yang merupakan bagian dari peristiwa tsunami tektonik di masa lampau. "Pemahaman tentang masa lalu ini, berguna sebagai kunci untuk memprediksi masa depan bahkan bencana," katanya. Setidaknya, ia mengemukakan melalui pengetahuan tentang terumbu atau koral itu, dapat lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana-bencana yang dapat dapat diprediksi sebelumnya. "Bahkan penyebaran manusia purba yang dipengaruhi oleh gejala alam juga dapat diketahui melalui koral tersebut," katanya. Oleh karena itu, usaha menjaga dan memulihkan terumbu karang, mejadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari menjaga keutuhan sumber daya dan lingkungan. "Pengusulan terumbu karang Indonesia sebagai warisan dunia dianggap layak untuk dilakukan," katanya. Dalam acara yang sama, dua peneliti LIPI juga dikukuhkan sebagai profesor riset, yakni, peneliti Puslit Biologi LIPI (Bidang Zoologi/Entomologi), Dr Woro Anggraitoningsih dan Peneliti Puslit Geoteknologi LIPI (Bidang Stratigrafi Paleontologi), Dr M Sapri Hadiwisastra.(*)
Copyright © ANTARA 2006