"Rupiah tertekan cukup dalam terhadap dolar AS di tengah ekspektasi perekonomian Indonesia akan bergerak melambat pada tahun ini," ujar Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong.
Ia mengemukakan bahwa beberapa negara sudah memangkas suku bunga dalam rangka mendorong ekonominya, diharapkan Bank Indonesia juga mengambil langkah sama agar ekonomi Indonesia terus berekspansi.
"Level BI rate di 7,75 persen dinilai cukup tinggi sehingga dapat menahan laju ekonomi domestik," katanya.
Menurut dia, jika BI tidak memangkas suku bunga maka inflasi harus dapat lebih dikendalikan, dengan demikian pemerintah harus menjaga harga bahan pokok di dalam negeri agar tidak terjadi lonjakan.
Lukman Leong mengharapkan bahwa agenda peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA) juga dapat dijadikan momentum pemerintah untuk melakukan kerjasama ekonomi, sehingga ada ekspektasi positif di kalangan pasar keuangan.
Sementara Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa dolar AS mendapat dukungan di pasar uang global akibat meningkatnya kecemasan bahwa Yunani dapat mengalami default utang dan akhirnya keluar dari negara kawasan Euro.
"Perkembangan terkini terkait utang Yunani menjadi fokus utama investor, di sisi lain investor juga masih dibayangi kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate)," katanya.
Menurut kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 12.942 atau melemah dibanding sebelumnya 12.875 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015