Bandung (ANTARA News) - Video mapping berjudul "1955: The New Asia and Africa" akan dihadirkan di Gedung Merdeka Kota Bandung, Sabtu (25/4) malam dalam rangkaian peringatan peristiwa bersejarah itu.
"Penonton di depan Gedung Merdeka akan dibawa berpindah ruang dan waktu ke masa Konferensi Asia Afrika pertama 60 tahun yang lalu," kata CEO Sembilan Matahari Adi Panuntuan di Bandung, Selasa.
Video mapping "1955: The New Asia and Africa" adalah sebuah karya dokumenter inovatif berbentuk video mapping yang memadukan teknologi dan efek visual berdurasi 25 menit dan akan ditayangkan pada Sabtu (25/4) pukul 19.00 WIB.
Persembahan itu hasil kerja sama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung dalam rangkaian acara Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika, dan merupakan karya terbaru dari Sembilan Matahari.
"Visualisasi nilai-nilai sejarah Konferensi Asia Afrika adalah sebuah tantangan bagi Sembilan Matahari; terutama dalam menyampaikannya melalui inovasi media-media baru," kata Adi.
Gedung Merdeka yang merupakan bagian penting dari sejarah Konferensi Asia Afrika, akan menjadi lakon utama yang bercerita mengenai perjalanan sejarah yang telah disaksikannya.
Gagasan Konferensi Asia Afrika di tahun 1955 berhasil membawa perubahan revolusioner dalam peta politik dan budaya sosial secara global. Sifat dan kreasi audio visual pun berevolusi seiring dengan eksplorasi teknologi yang dapat diimplementasikan ke berbagai bidang, tidak terkecuali pendidikan sejarah dan pengembangan museum.
Museum sebagai sarana pendokumentasian sejarah kini beradaptasi dengan perkembangan zaman, tak lagi hanya terpatok pada catatan sejarah yang tertulis tetapi juga visualisasi dari catatan tersebut.
"Di sini peran teknologi menjadi penting, yaitu sebagai penerjemah catatan-catatan sejarah menjadi rangkaian visualisasi yang tak hanya informatif, tetapi juga menghibur dan inspiratif," katanya.
Karya video mapping Sembilan Matahari dikenal sebagai karya yang sarat dengan pesan masyarakat. Dalam pertunjukannya di Gedung Merdeka kali ini, Sembilan Matahari akan mengajak masyarakat untuk kembali menyalakan "Semangat Bandung" (nilai-nilai yang terangkum dari Dasa Sila Bandung 1955), yaitu Menghormati Kebebasan dan Hak Azasi Manusia, Perbedaan, dan Penyelesaian Konflik secara Damai.
"Dinding, jendela, dan pintu Gedung Merdeka menjadi media ekspresi yang akan berubah wujud menjadi bagian dari perangkat radio tua dan telegram, dua perangkat komunikasi yang pernah sangat berjasa dalam menyiarkan berita dan runutan peristiwa yang terjadi selama Konferensi Asia Afrika 1955," kata Adi Panuntun menggambarkan salah satu adegan dari video mapping itu.
Menilik kembali ketika gemuruh awan mendung perseteruan dua kutub politik dunia bergema tanpa henti di seluruh belahan bumi, blok barat dan blok timur, negara-negara Asia dan Afrika justru berkumpul dan menyatukan suaranya, menentukan sikap ketidakberpihakan, menentang kolonialisme dan neo-kolonialisme, membangun kerjasama ekonomi dan kebudayaan.
Enam puluh tahun yang lalu, Bandung berhasil membuat Gedung Merdeka menjadi poros tertujunya mata dunia. Rasa kebersamaan seperti itulah yang ingin dibangkitkan oleh Sembilan Matahari.
Harmonisasi rasa dan semangat kebersamaan para delegasi KAA di tahun 1955 terwakilkan dengan sempurna oleh Angklung. Sebuah alat musik yang tak bisa dimainkan seorang diri, ada kebutuhan bekerja sama untuk menghasilkan melodi yang indah.
"Bila pada tahun 1955 para delegasi disambut oleh pemain angklung, maka pada hari Sabtu nanti, kita akan melihat Gedung Merdeka yang bermain angklung untuk menyambut mereka," katanya.
Kolaborator yang digandeng Sembilan Matahari dalam video mapping "1955: The New Asia and Africa" kali ini adalah studio visual effect dan animasi 3D yang didirikan oleh anak-anak muda penggiat industri kreatif, yaitu Anamorphic, Kampung Monster, S/VFX dan Ayena Studio.
Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015