Jakarta (ANTARA News) - Pertemuan dan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 diyakini berpeluang mengulangi keberhasilan meruntuhkan Politik Apartheid di Afrika Selatan, namun kali ini dalam bentuk Deklarasi Bersama Dukungan Kemerdekaan Palestina, demikian Pakar Hubungan Internasional Makarim Wibisono.
"Kuncinya ada pada solidaritas kolektif dan dukungan politik yang kuat secara bulat," kata Makarim yang juga merupakan Pelapor Khusus untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait situasi Hak Asasi Manusia (HAM) di Palestina saat dihubungi dari Jakarta, Senin.
Makarim menilai ada perbedaan besar yang dapat dilihat dari reaksi dan sikap perjuangan negara-negara Asia-Afrika kala menghadapi persoalan Politik Apartheid di Afsel dengan persoalan kemerdekaan Palestina saat ini.
"Persoalan Palestina menjadi berlarut-larut karena di satu pihak negara-negara Asia-Afrika tidak bulat bersikap mendukung hak bangsa Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri.
"Sementara di lain pihak, Israel mendapatkan dukungan penuh dari Amerika Serikat terhadap semua langkah dan manuver politiknya," katanya.
Hal itu, memperlihatkan adanya ketidakseimbangan berupa kekompakan Israel-AS di satu pihak dan di lain pihak negara-negara Asia-Afrika yang berusaha mengatasi kolonialisme namun tidak bulat.
"Sebab situasi Palestina itu kan sama saja dengan kolonialisme, satu wilayah yang diduduki oleh kekuatan asing," katanya.
Makarim mengatakan sebetulnya terdapat kesamaan kondisi kerumitan antara perjuangan menghentikan Politik Apartheid dengan perjuangan kemerdekaan Palestina.
Kala Politik Apartheid masih berlangsung, Afsel merupakan negara kuat baik secara militer, ekonomi, teknologi dan sebagainya, serta mereka juga adalah aliansi AS dalam menghadapi kalkulasi konstelasi politik global bipolar masa itu.
Kondisi tersebut menimbulkan keyakinan di kalangan umum bahwa secara kalkulasi politik dan militer akan sangat sulit untuk menghadapi Politik Apartheid.
"Namun kenyataannya, setelah ada kebulatan sikap bangsa-bangsa Asia, Afrika, Amerika dan Eropa, kekuatan yang sebelumnya dikalkulasikan tak tersentuh itu akhirnya runtuh. Sekarang apartheid tinggal sejarah," katanya.
Keberhasilan yang serupa, diyakini betul oleh Makarim dapat diraih apabila KAA 2015 dapat menghasilkan sebuah deklarasi dukungan kemerdekaan Palestina yang menjadi turunan dari salah satu amanat Dasasila Bandung yaitu penghormatan terhadap HAM fundamental, termasuk hak untuk menentukan nasib sendiri.
"Jadi, kuncinya solidaritas kolektif dan dukungan politk yang kuat. Karena dulu ketika Indonesia memproklamirkan kemerdekaan negara-negara Timur Tengah termasuk Palestina itu memperlihatkan solidaritas kolektif dan dukungan politik yang kuat atas hal itu.
"Sekarang tugasnya bukan hanya untuk Indonesia, Malaysia, Nigeria atau negara lain, tetapi bagaimana semua negara-negara Asia-Afrika bisa mempunyai sikap yang sama yakni mendukung hak-hak bangsa Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri," pungkas Makarim.
Sebagai informasi, Deklarasi Dukungan Kemerdekaan Palestina merupakan satu dari tiga agenda utama yang dibahas dalam Pertemuan KAA 2015 selain Bandung Message dan Deklarasi Penghidupan Kembali Kemitraan Baru Strategis Asia-Afrika
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015