Jumlah tersebut, menurut Mike Cassidy, teknisi Google yang bertanggung jawab atas proyek itu, diperlukan untuk menyediakan akses internet bagi pengguna di daerah terpencil.
Proyek tersebut telah berlangsung selama beberapa tahun dan akan menyediakan sinyal seluler 4G LTE untuk handset dari balon udara yang berjarak ribuan kaki, jauh di atas ketinggian pesawat terbang.
"Pada awalnya akan membutuhkan 3 hingga 4 hari untuk melepaskan balon. Melalui sistem otomatis, kami dapat meluncurkan balon yang kami produksi hanya dalam beberapa jam," kata Cassidy dalam video, seperti dilansir PC World.
"Pada awalnya, kami hanya dapat meluncurkan satu balon sehari. Sekarang dengan sistem derek otomatis, kami dapat meluncurkan puluhan balon sehari untuk sekali derek," sambung dia.
Saat ini uji coba tengah berlangsung bersama beberapa perusahaan telko di berbagai negara, seperti Telstra di Australia, Telefonica di Amerika Latin dan Vodafone di Selandia Baru.
Pada konferensi di Eropa bulan Maret, eksekutif Google mengatakan balon-balon tersebut akan bertahan selama enam bulan, dan kemudian turun di suatu tempat.
Cassidy mengatakan Google telah mengembangkan sistem untuk memprediksi di mana balon-balon tersebut akan mendarat.
Dalam video tersebut, perwakilan Vodafone Selandia Baru mengatakan bahwa Project Loon memungkinkan perusahaan ponsel dan perusahaan-perusahaan internet untuk menyediakan internet bagi masyarakat yang tidak memilikinya.
Hal itu mengindikasikan bahwa layanan Loon akan ditawarkan kepada penyedia layanan internet.
"Siapapun yang memiliki smartphone di manapun di dunia akan bisa mendapatkan akses internet," kata Cassidy.
Balon-balon tersebut juga diterbangkan di daerah kutub dan tropis.
"Kami semakin dekat ke titik di mana kami bisa membawa internet untuk orang-orang di seluruh dunia," ujar Cassidy, demikian PC World.
Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015