Senggigi-Mataram (ANTARA News) - Pimpinan Pusat UNICEF untuk Indonesia, Gianfranco Rotigliano, di Senggigi, Kamis, mengingatkan Indonesia agar lebih serius dalam menangani masalah flu burung karena di negara ini kasus kematian karena virus itu tertinggi di dunia.
"Meskipun di Lombok kasus flu burung belum mengenai manusia, tetapi antisipasi dan upaya pencegahan harus tetap digiatkan," katanya dalam acara sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung.
Gianfranco Rotigliano menyatakan, pihaknya sangat peduli dengan masalah wabah flu burung yang terjadi di Indonesia, dan telah memberian bantuan yang diperoleh dari negara donor Jepang.
Dalam sambutan singkatnya, Gianfranco Rotigliano mengharapkan pencegahan dan pengendalian flu burung tersebut terus ditingkatkan.
Hal senada juga disampaikan Sekretaris Wilayah Daerah (Sekwilda) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Ir. Nanang Samoedra, pencegahan dan pengendalian masalah flu burung gampang-gampang susah, artinya bisa gampang bila para pengambil kebijakan bersinergi dengan penanganan teknis dilapangan.
Karena seringkali permasalahan, wabah seperti flu burung tersebut menjadi tidak terkendali, ketika pengambil kebijakan ataupun orang teknis dilapangan menganggap enteng atas peristiwa yang terjadi.
"Kita seringkali bertindak terlambat, dan terkejut ketika masalah yang dianggap enteng itu sudah menjadi masalah besar," katanya.
Dikatakan, kalau elemen pengambil kebijakan di daerah dapat duduk bersama, dan satu visi dalam penanganan kasus khususnya masalah flu burung, tentunya hal itu menjadi mudah dan bisa diatasi.
Pencegahan dan pengendalian flu burung di NTB sebagai wilayah pulau, relatif lebih mudah karena disetiap pintu-pintu masuk ke daerah ini dapat dilakukan pemantauan, guna pencegahan masuknya virus flu burung itu.
Karena itu, dalam pengalaman saat menjabat PLT Dinas Kesehatan Provinsi NTB, tiga tahun lalu, kebijakan yang menerapkan pengawasan ketat dipintu-pintu masuk, telah berhasil untuk mencegah daerah NTB dari masuknya flu burung.
"Waktu itu, sinergi pengambil kebijakan dengan teman-teman teknis dilapangan bisa duduk bersama, karena itu daerah NTB masih dinyatakan salah satu daerah di Indonesia yang aman," katanya.
Lebih lanjut Nanang mengingatkan, meskipun pemberintah provinsi selama ini sering mengeluarkan pernyataan bahwa NTB masih terbebas dari flu burung, tetapi harus diwaspadai bahwa dari hasil penelitian menyebutkan virus flu burung sudah masuk
ke daerah ini.
Meskipun masuknya virus flu burung belum berjangkit kepada manusia, tetapi komitmen pengambil kebijakan untuk memelihara kebersihan lingkungan harus terus ditingkatkan.
Nanang berharap nara sumber sosialisasi flu burung, dr. Lasmi Wulandari SPP, dari Rumah Sakit Sutomo, agar lebih menjelaskan tentang gejala-gejala flu burung tersebut.
Kasus flu burung terbanyak terjadi di Indonesia, karena masyarakat kurang memahami gejala-gejala flu burung tersebut, masyarakat ataupun pejabat yang berwenang untuk itu sering kali terlambat mengantisipasinya.
"Kita mulai bertindak ketika masalahnya sudah akut dan tidak tertolong lagi, apalagi virus flu burung mematikan dan akbibatnya berlangsung sangat cepat karena langsung menyerang ke seluruh penjuru organ tubuh," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006