Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Irak Ibrahim al-Jaafari yang menghadapi rangkaian Peringatan 60 Tahun KAA menegaskan terorisme bukan reaksi sikap sektarian dari kelompok yang berseberangan, melainkan aksi biadab antikemanusiaan dari kelompok-kelompok teroris seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Dia juga membantah konflik sektarian di Irak terjadi karena ada gesekan antara warga Syiah dan Sunni di negerinya.
"Kita saksikan di Irak terutama, provinsi-provinsi yang menjadi korban ISIS adalah provinsi-provinsi Sunni, sehingga bukan karena konflik Sunni-Syiah karena semua juga ikut dirugikan oleh ISIS," kata dia di Jakarta, hari ini.
Dia mengatakan ada agama lain di Irak yang terkena dampak ISIS, seperti Yazidi, di mana para penganut agama-agama itu dibakar dan dibunuh.
"Ketika kita menyaksikan adanya pembunuhan, pemenggalan kepala warga tidak berdosa, penganiyaan kepada anak-anak kecil, maka tidak perlu lagi kami jelaskan kekejaman ISIS, kita semua menyaksikan kekejaman itu," tegas dia.
Ia menyatakan ada keterlibatan warga negara dari sekitar 62 negara dalam ISIS sehingga perlu kerja sama banyak pihak untuk mencegahnya, namun keterlibatan itu hanya mewakili individu, bukan negara.
Meski masalah ISIS mengemuka, dia menegaskan tidak ada permintaan khusus dari Indonesia untuk membahas ISIS pada Pertemuan Pejabat Tingkat Tinggi (Senior Official Meeting) kawasan Asia-Afrika di Jakarta, Minggu.
"Secara tekstual tidak ada (pembahasan ISIS), namun tentu ada pembahasan mengenai terorisme secara umum," kata Jaafari.
Pewarta: Roberto C. Basuki
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015