Cukup banyak (yang dihemat), anggaran juga cukup banyak sekarang jadi ada hal-hal yang tidak perlu dibayar
Jakarta (ANTARA News) - Penanggung jawab acara Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60 Luhut Panjaitan menyebutkan anggaran perayaan KAA kurang dari Rp200 miliar untuk membiayai rangkaian acara di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat.
"Sekarang sudah less (kurang, red.) dari itu. Sumbernya dari APBN-P, sudah pernah saya katakan dulu ya, pokoknya di bawah plafon yang saya sebut dulu," kata Luhut usai mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla meninjau lokasi di JCC Senayan, Sabtu.
Dia mengaku sudah melakukan penghematan di berbagai pos sehingga muncul anggaran sebesar itu.
"Cukup banyak (yang dihemat), anggaran juga cukup banyak sekarang jadi ada hal-hal yang tidak perlu dibayar," katanya.
Anggaran tersebut, antara lain digunakan untuk menyewa mobil Mercedes Benz sebanyak 50 unit guna mobilitas para tamu delegasi negara kawasan Asia Afrika.
Terkait Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang mengeluhkan anggaran untuk perayaan KAA di Bandung terlambat, Luhut mengatakan persoalan itu sudah diselesaikan.
"Kemarin agak terlambat, tetapi sekarang sudah mulai diterima semua," katanya.
Pada Sabtu, Luhut mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla meninjau gladi bersih kesiapan Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60 di Bandara Halim Perdana Kusuma dan Jakarta Convention Center (JCC) Senayan.
Selain Luhut, Wapres didampingi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Peringatan KAA ke-60 digelar di dua tempat, yakni Jakarta dan Bandung, pada 19-24 April.
Pada Minggu (19/4), para tamu negara dijadwalkan sudah tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma untuk kemudian mengikuti upacara pembukaan di JCC Senayan.
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan pada 1955 dan merupakan tonggak penting dalam sejarah sejumlah bangsa Asia dan Afrika.
Para delegasi yang berasal dari 29 negara peserta konferensi berkumpul di Bandung, Indonesia untuk membahas perdamaian, keamanan, dan pembangunan ekonomi di tengah-tengah masalah yang muncul.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015