Kursi itu harus memperlihatkan `equality`, bukan feodalisme, kerajaan tinggi.
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menginstruksikan kepada Penanggungjawab Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60, Luhut Pandjaitan, untuk mengganti kursi delegasi Indonesia supaya seragam dengan negara lain.
Hal itu dilakukan saat Wapres melakukan kunjungan pemeriksaan kesiapan Peringatan KAA ke-60 di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu.
"Kenapa kursinya lain ini (untuk delegasi) Indonesia?" tanya Wapres kepada Luhut.
"Ini hanya contoh, Pak. Makanya saya bilang Senin (20/4) baru bisa (diganti)," jawab Luhut.
Saat meninjau Ruang Sidang Konferensi, Wapres mendapati kursi untuk dirinya, yang merupakan Ketua Delegasi dari Indonesia, berbeda dengan negara lain.
Kursi untuk Kalla berwarna putih dengan bahan yang lebih nyaman daripada kursi hitam untuk ketua delegasi negara lain.
"Artinya jangan hitam dan putih. Ini Asia-Afrika, harus ada equality (kesamaan, red.), perbedaannya tidak banyak. Jangan terlalu tinggi dia (Indonesia) punya kursi. "Ballpoint-nya harus lebih baik," kata Wapres menjelaskan kepada Luhut.
Kepada wartawan, Kalla menjelaskan keberadaan kursi ketua delegasi KAA menjadi simbol hubungan antarnegara kawasan tersebut.
"Kursi itu harus memperlihatkan equality, bukan feodalisme, kerajaan tinggi. Walaupun penduduknya (Indonesia) 250juta orang, tapi harus sama kursinya dengan tamunya, karena itu tidak mewakili jumlah penduduknya tetapi identitas negara tersebut," jelasnya.
Dalam kunjungan gladi bersih tersebut, Wapres Kalla didampingi oleh Penanggungjawab KAA yang juga Kepala Staf Kepresidenan Luhut Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Sebelumnya, Wapres juga meninjau kesiapan Bandara Halim Perdana Kusuma yang akan menjadi lokasi pendaratan pesawat para tamu negara.
Peringatan KAA ke-60 digelar di dua tempat, yakni Jakarta dan Bandung, pada 19-24 April.
Minggu (19/4), para tamu negara dijadwalkan sudah tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma untuk kemudian mengikuti upacara pembukaan di JCC Senayan.
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan pada 1955 dan merupakan tonggak penting dalam sejarah sejumlah bangsa Asia dan Afrika.
Para delegasi yang berasal dari 29 negara peserta konferensi berkumpul di Bandung, Indonesia untuk membahas perdamaian, keamanan, dan pembangunan ekonomi di tengah-tengah masalah yang muncul.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015