KUALA LUMPUR, Malaysia, 17 April 2015 (Antara/PRNewswire)-- Sebuah tim yang terdiri dari tujuh peneliti dari Malaysia, Belanda, Spanyol,dan Inggris, yang diantaranya adalah Profesor Yasin Temel dari MaastrichtUniversity Medical Centre, Belanda, dan Associate Professor Dr. Lim Lee Weidari Sunway University, Malaysia, berhasil menemukan prosedur paling efektifuntuk mengobati depresi dengan cara menstimulasi elektrik ke dalam otak melaluiStimulasi Otak Dalam (DBS) dengan target korteks prefrontal - bagian penting didalam pengaturan fungsi kognitif, emosi, dan perilaku yang kompleks.

Dalam beberapa kasus, depresi memang dapat diobatisecara efektif dengan mengkonsumsi obat, terapi elektrokonvulsif, ataupsikoterapi. Namun, sekitar 20% pasien gagal menunjukkan respon terhadapbeberapa prosedur pengobatan tersebut dan bahkan hampir 60% gagal menunjukkanrespon yang signifikan.

Professor Yasin, yang juga adalah ahli bedah sarafdengan spesialisasi DBS, mengatakan, "Penggunaan stimulasi elektroda yangditanam di dalam otak dengan tujuan untuk mengendalikan kondisi psikiatris danneurologis yang rusak adalah sebuah terobosan terbaru dan inovatif di bidangilmu saraf."

Dr. Lim menjelaskan, "Sebelum adanya terobosanini, ketika berbagai studi klinis telah menunjukan efektifitas DBS dalammengobati depresi, belum ditemukan area otak yang paling efektif untukmelaksanakan prosedur DBS. Berkat riset ini, kami berhasil menjadikan korteksprefrontal sebagai modulator spesifik yang menunjukan perilaku depresif; danmemperoleh hasil optimal untuk pengobatan menggunakan DBS."

Peneliti serotonin ternama dunia, Professor TrevorSharp dari Oxford University, yang juga merupakan bagian dari tim ini,menyampaikan, "Sebenarnya, seluruh dunia telah menunjukan ketertarikanterhadap penggunaan elektroda stimulasi yang ditanam di dalam otak gunameringankan penderitaan pengidap depresi parah yang tak mempan terhadapprosedur pengobatan lainnya, namun masalahnya, belum ada yang berhasilmenemukan bagian dari otak yang menjadi target dari pengobatan tersebutsehingga menghambat kemajuan dari pengobatan ini. Stimulasi area kortekspreforontal mempengaruhi sel-sel serotonin di bagian otak yang lain, dansel-sel itulah yang menjadi target dari obat antidepresi seperti Prozac. Dengandemikian, stimulasi uji coba klinis bagi para penderita depresi di masa depantelah memiliki target yang jelas untuk menjalankan prosedur pengobatan."

Penerobosan ini telahditerbitkan di Translational Psychiatry, sebuah jurnal terbitan NaturePublishing Group dan jurnal serupa dengan jurnal nomor satu di bidangpsikiatris, yang berfokus pada pengobatan terbaru berbagai penyakitneuropsikiatri.Studi ini didanai oleh Organisasi Riset Ilmiah Belanda (Yasin),Parkinson's UK (Trevor), dan Lee Kuan Yew Research Fellowship Singapura (Lim).

Foto - http://photos.prnasia.com/prnh/20150416/8521502366

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2015