Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) mendukung upaya penyatuan usaha (merger) yang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) untuk meningkatkan modal dan efisiensi.
"Dengan merger, modal BPR akan semakin besar sehingga bisa memenuhi kegiatan sesuai skala ekonomis," kata Direktur Pengawasan BPR Bank Indonesia (BI) Irman Djaja Dalimi di Jakarta, Rabu.
Irman mencontohkan dengan menggabungkan sepuluh BPR, modal akan semakin besar karena modal yang semula terpisah akan disatukan. Hal itu dikarenakan hanya akan ada satu kantor pusat dan sembilan kantor cabang.
Selain memperbesar modal, merger BPR juga akan meningkatkan efisiensi. Hal itu dikarenakan dengan modal yang lebih besar dan terkonsentrasi di pusat, BPR tidak akan terbebani dengan gaji direksi, bahkan akan terjadi surplus.
"Dengan merger, BPR dapat meningkatkan kualitas dari berbagai aspek, baik operasional dan efisiensi," katanya.
Lebih lanjut Irman mengatakan, kecenderungan merger antar BPR semakin tinggi akhir-akhir ini. Hal itu ditunjukkan dengan semakin berkurangnya jumlah BPR dari sekitar dua ribu menjadi 1.903 pada Desember 2006.
Seruan dan praktik merger BPR itu juga terjadi di daerah. Di Semarang, Kantor BI setempat mengimbau BPR, terutama PD BPR BKK (perusahaan daerah BPR badan kredit kecamatan) di Jawa Tengah yang belum merger, segera melakukan langkah ini untuk memperkuat permodalan dan meningkatkan penyaluran kredit.
Pimpinan BI Semarang Amril Arief mengatakan, kecenderungan merger BPR di Jawa Tengah sudah tergolong tinggi. Hal itu ditandai dengan berkurangnya jumlah BPR dari 598 menjadi 408 pada Oktober 2006.
Meski mengalami penurunan cukup banyak, menurut Amril, jumlah BPR di Jateng dirasakan masih terlalu banyak sehingga merger masih bisa dilakukan. (*)
Copyright © ANTARA 2006