Jakarta (ANTARA News) - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Susanto mengatakan lemahnya sistem menyebabkan kebocoran distribusi soal Ujian Nasional 2015 berulang seperti pelaksanaan tahun sebelumnya.
"Bocornya soal, hemat saya bukan karena ada oknum pembocor, tetapi karena sistem yang lemah yang masih membuka ruang seseorang melakukan pembocoran," kata Susanto di Jakarta, Kamis
Dia mengatakan masalah bocor soal yang beredar di dunia maya membuktikan bahwa manajemen kerahasiaan soal UN belum berjalan dengan baik.
Secara umum, kata dia, UN tingkat SMA/sederajat memiliki banyak persoalan meski pebyelenggaraannya berbiaya besar, persiapan lama dan menyedot energi.
Dia mencontohkan beberapa masalah lain dalam pelaksanaan UN 2015 seperti masalah tidak sinkronnya materi "listening" Bahasa Inggris dengan naskahnya yang terjadi di beberapa titik di Jawa Timur. Temuan itu meneguhkan betapa pelaksanaan UN masih cacat proses.
Selain itu, dia menyoroti pelaksanaan UN berbasis komputer.
"Ada masalah keterlambatan sinkronisasi antara server dan lokal yang terjadi di salah satu sekolah di Gunung Kidul, Yogyakarta," katanya.
Mati lampu di Jayapura, Papua selama 15 menit, kata dia, menyebabkan keterlambatan koneksi jaringan ulang selama 30 menit.
Terjadi juga permasalahan salah satu sekolah di Bandung tidak bisa "log in" pada sesi I mata ujian Bahasa Indonesia yang menyebabkan dua ruangan gagal UN.
Sementara untuk soal tertulis nonelektronik, ada keterlambatan distribusi soal di beberapa titik lokasi.
Untuk itu, KPAI meminta kepada pemerintah agar menata dan membenahi manajemen persiapan dan proses UN dengan perbaikan yang radikal. Karena kasus demikian dari tahun ke tahun masih sering terjadi. Masalah utamanya karena manajemen dan koordinasi yang kurang.
Pemerintah, kata dia, juga harus bisa membuktikan bahwa revolusi mental harus terealisasi dalam pelaksanaan UN. Jika layanan UN saja gagal sesuai target, tentu akan berdampak pada kegagalan agenda revolusi mental.
"Karena pendidikan sejatinya merupakan ikon revolusi mental yang mendasar. Jangan berharap kalau soal UN saja bocor dan beredar di dunia maya, revolusi mental dalam dunia pendidikan berhasil," katanya.
Masalah rersebut, kata Susanto, jangan sampai terjadi saat UN SMP/MTS bulan Mei 2015.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015